Gudang BBM Ilegal Semakin Menjamur di Batam
Izin niaga dimanfaatkan sejumlah perusahaan untuk melakukan penimbunan baha bakar minyak (BBM) ilegal.
Laporan Wartawan Tribun Batam Xabur Anjasfianto
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Izin niaga dimanfaatkan sejumlah perusahaan untuk melakukan penimbunan baha bakar minyak (BBM) ilegal.
Bahkan, keberadaan penimbunan BBM tumbuh bagaikan jamur di wilayah Batuaji dan Sagulung, Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Untuk mengelabui warga dan petugas, belasan gudang ini punya ciri tersendiri. Rata-rata gudang penimbunan BBM ilegal berada di lokasi tersembunyi dan jauh dari jalan raya.
Selain dijaga ketat, di depan gudang dipajang plang seperti tulisan jual-beli besi tua. Banyak juga yang memasang pelang perusahaan niaga.
Salah satunya seperti di Kavling Sei Pelopor Kelurahan Sei Lekop, Sagulung. Sekitar 500 meter dari jalan, terdapat gudang yang berdindingkan seng. Di depan gudang tersebut tedapat plang perusahaan.
Dalam tulisan di pelang tersebut, juga tertera semua nomor surat perizinan. Sepintas, gudang tersebut memang tampak benar sebagai agen niaga.
Setelah Tribun masuk ke dalam gudang tersebut, terdapat tiga bunker berukuran besar. Bahkan, terlihat aktivitas sedan dan beberapa angkot sedang memindahkan solar ke dalam bunker tersebut dengan menggunakan mesin pompa. Beberapa orang menghalangi Tribun untuk mengambil gambar.
"Tidak usah bang diambil fotonya. Informasi tetap saya kasih tahu. Tapi jangan diambil ya fotonya, bisa diberhentikan nanti saya," ujar salah satu pria yang mengaku karyawan di tempat tersebut.
Pria yang hanya mengenakan baju kaos dan celana pendek itu, menceritakan semua solar sebagian diambil dari SPBU yang diantar taksi, sedan dan angkot yang sudah memiliki tangki yang dimodifilkasi.
Sementara solar nonsubsidi juga datang ke gudang tersebut. Kemudian baik solar subsidi maupun non subsidi digabungkan, selanjutnya dijual ke beberapa perusahan dengan harga industri.
"Semua gudang penimbunan BBM yang ada sama seperti gini praktiknya. Saya di sini hanya bekerja saja, kalau mau yang lebih jelas, tanyakan langsung ke pak Seno," katanya.
Dia mengatakan, setiap mobil pelansir paling sedikit membawa satu ton solar. Namun semua itu tergantung ukuran tangki yang sudah dimodifikasi. Untuk pembayaran ke setiap sopir mobil pelansir langsung dilakukan atasanya itu.
"Untuk pembayaran kepada sopir mobil plansir saya tidak tahu. Semua itu bos saya yang tangani langsung," ujarnya.