Ali Kabur Takut Ditembak TNI yang Gerebek Gudang Penimbunan Solarnya
Aksi penimbunan solar di sebuah gudang di Kabupaten Cianjur, terbongkar pada Kamis (24/10/2013).
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Aksi penimbunan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di sebuah gudang di RT 04/13 Kampung Pasir Hapa, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, terbongkar pada Kamis (24/10/2013).
Lokasi penimbunan BBM bersubsidi yang berada tepat di belakang Terminal Pasir Hayam itu, digerebek aparat TNI dari Koramil 01 Cianjur sekitar pukul 08.30 wib.
Dalam penggrebekan itu, sempat terjadi aksi pengejaran. Seorang pelaku yang diketahui bernama Ali (32), melarikan diri ke tengah kampung. Namun tak berselang lama ia dapat ditangkap oleh petugas TNI dari Koramil 01 yang mengejarnya.
"Saya terkejut dan saya takut ditembak. Makanya saya lari. Saya pikir tadinya ada kerja bakti, ternyata petugas dari TNI," kata Ali, ketika diamankan petugas TNI di lokasi kejadian.
Ali adalah warga RT 02/03 Kampung Cikarang, Desa Waluya, Kecamatan Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Ali merupakan satu dari lima pegawai pemilik penimbunan solar itu. Dari penggerebekan itu sedikitnya lima pelaku ditangkap petugas TNI. Empat di antara kelima pelaku penimbunan itu adalah Ali, Sahidin (18), Mulyanto (27), dan Simon (31).
"Pemiliknya Simon. Saya hanya pegawai. Ini juga baru pertama kalinya kerja dengan Simon. Awalnya saya hanya penjual meri di kampung saya. Karena bangkrut, saya diajak Simon," kata Ali, yang bertugas sebagai penjaga lokasi penimbunan.
Hal senada dikatakan Sahidin kepada Tribun di lokasi kejadian. Dari pekerjaannya yang serupa dengan Ali, ia mendapat Rp 100 ribu setiap hari. Ia juga turut membantu memindahkan solar- solar yang sudah dibeli dari stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) ke tangki-tangki yang ada di gudang.
"Saya hanya membantu. Tidak tahu persoalan lainnya," kata Sahidin dan Mulyanto bersamaan ketika ditanya Tribun di lokasi kejadian. Keduanya adalah warga RT 02/02 Kampung Walahir, Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara. "Simon juga masih tetangga," kata Sahidin, yang mengaku belum dibayarkan upahnya. (cis)