Pengusaha Tahu Lambar Keluhkan Mahalnya Harga Kedelai
Salah satu pengusaha tahu di seputaran Liwa, Lampung Barat (Lambar), Sarip, mengeluhkan harga kedelai yang mahal.
Editor: Budi Prasetyo
/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
KEMBALI PRODUKSI - Slamet (47) membersihkan kacang kedelai yang sudah direbus saat akan memulai produksi tempe kembali setelah tiga hari mogok produksi di pabrik tempe Arema, Jalan Jakarta, Kota Bandung, Rabu (11/9). Tiga hari mengikuti mogok produksi secara masal sebagai bentuk protes akibat belonjaknya harga kedelai, pakrik yang memproduksi tempe dengan bahan baku dua kwintal kedelai impor per hari itu harus merugi lebih dari Rp 500 ribu per hari. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Laporan Reporter Tribun Lampung Sulis Setia Markhamah
TRIBUNNEWS.COM LAMPUNG -Salah satu pengusaha tahu di seputaran Liwa, Lampung Barat (Lambar), Sarip, mengeluhkan harga kedelai yang mahal. Pria 40 tahun itu terpaksa mengurangi produksi tahunya lantaran tak kuat membeli kedelai.
"Saya cuma mampu membuat 50 kilogram setiap harinya. Itu jadi 10 cetakan tahu. Kondisi harga kedelai yang mahal benar-benar membuat pengusaha kecil seperti kami terjepit keadaan," tuturnya kepada Tribunlampung.co.id, Rabu (30/10/2013).
Dia berharap, adanya pencanangan penanaman kedelai yang dilakukan Bupati Mukhlis Basri ke depan bisa membantu meringankan beban para pengusaha tempe, tahu, maupun usaha lainnya yang membutuhkan kedelai.
Berita Rekomendasi