Batik Indonesia Berjaya di Jepang
Batik karya Desainer Nita Azhar kembali menorehkan prestasi di mancanegara. Kali ini ia merebut hati pelanggan setia di Jepang
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Reporter Tribun Jogja, Theresia Andayani
TRIBUNNEWS .COM, YOGYA - Batik karya Desainer Nita Azhar kembali menorehkan prestasi di mancanegara. Kali ini ia merebut hati pelanggan setia di Jepang dengan mahakarya berjudul Sakura Java Dwipa.
Kain batik sutra Java Dwipa diperagakan di Jepang dalam ajang Sakura Collection yang diselenggarakan Adventure Japan Inc di Tokyo Tower, Tokyo pada 4-6 Oktober lalu. Selain Indonesia, peserta lainnya adalah desainer dari negara-negara Asia seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Philipina. Masing-masing desainer merancang dua busana malam yang berkolaborasi dengan bahan karya disainer tekstil dari Tokyo.
Nita membeberkan perjalanannya dalam upaya menembus Jepang. Ia bisa dipercaya oleh masyaraka Jepang karena mampu menjaga kualitas produk. Kain-kain batik karyanya selalu batik tulis tangan dan sebisa mungkin menggunakan pewarna alami.
Nita mengambil judul Sakura Java Dwipa tak sekedar tanpa makna, baginya Java Dwipa yang artinya adalah pulau Jawa di mana mencakup antara lain mengenai budaya, bahasa dan kekayaan alamnya. Kekayaan di Pulau Jawa akan hasil pertaniannya ini dituangkan dalam motif-motif flora di dalam batik karya Nita Azhar kali ini yang melambangkan kemakmuran.
Nita menjelaskan konsep rancangan busana Nita Azhar dalam Sakura Java Dwipa adalah gaun malam yang terdiri dari ballgawn batik tulis utuh sepanjang empat meter. Gaun ini lantas dipadukan dengan atasan modifikasi kebaya kimono yang sangat modern dan universal tetapi tetap kental dengan nuansa tradisi dengan detail OBI (yang dikirim langsung dari Tokyo). Obi ini bisa menjadi ikon kolaborasi Tradisi Jawa (Indonesia) dan Tokyo (Jepang).
"Busana rancangan saya ini sangat nyaman dan mudah untuk dikenakan meskipun dengan obi, karena bentuk rancangan obi juga sudah disesuaikan dengan perkembangan jaman," ujarnya.
Obi seperti halnya setagen dalam busana Jawa (kebaya) merupakan kain yang diikatkan pada pinggang. Maksud dari pemakaian setagen ini dimaksudkan selain untuk merapatkan busana yang dikenakan, juga sebagai penutup bentuk/lekuk tubuh wanita (torso).
Itu makanya mengapa obi atau angkin panjangnya bisa mencapai 5-10 meter. Lebih dari itu, obi atau angkin akan menjaga sikap dan setiap langkah kita. Karena dengan memakai obi ataupun angkin posisi kita akan selalu tegak dan tidak bisa sembarangan dalam bergerak, cara berjalan dan duduk.
"Kini dalam perkembangannya, wanita masa kini adalah wanita yang sangat aktif sehingga membutuhkan busana yang sangat nyaman dan leluasa untuk bergerak namun harus tetap anggun dan feminin," tuturnya.
Menurutnya, Indonesia dan Jepang memiliki budaya atau tradisi tekstil yang sama antara lain dalam proses pembuatannya. Seperti tenun yang bukan mesin dan proses pewarnaanya seperti dalam batik dan bahkan dalam pembutan shibori, sama dengan di Indonesia adalah jumputan (Jawa) atau Sasirangan di Kalimantan.
"Banyaknya kesamaan membuat busana tradisional Jawa dan Jepang begitu pas dan mudah dipadukan, bahkan teknik pembuatannya juga mirip," tukas Nita.
Kain batik desain Nita juga satu-satunya busana tradisional luar Jepang yang mendapat kehormatan dikenakan di dalam konser musik dan tari balet pembukaan Sakura Collection 2013. Dan batik karya Nita Azhar termasuk mendapat penghargaan tinggi. Hal itu terlihat dari kios batik Nita yang selalu paling ramai.
"Saya lihat banyak ibu-ibu dan gadis Jepang antusiasi memilih selendang batik. Ya alhamdulilah karya saya ada yang menghargai di negeri lain," ujarnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.