Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BPR Pangkas Plafon Pembiayaan

Sejumlah manajemen Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengakui sedang bermasalah dalam kreditnya

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in BPR Pangkas Plafon Pembiayaan
Kontan
Bank Perkreditan Rakyat 
Laporan wartawan Tribun Jambi, Eko Prasetyo 
TRIBUNNEWS.COM,  JAMBI – Sejumlah manajemen Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengakui sedang bermasalah dalam kreditnya. Mereka mengamini data yang dibeber Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa kredit macet atau NPL BPR di Provinsi Jambi melonjak dari level 5,01 persen menjadi 5,96 persen di triwulan III 2013.
Direktur Utama PT BPR Central Dana Mandiri, Prisky Angeliawan mengatakan, pihaknya merasakan kredit macet tersebut sejak bulan Juni hingga Agustus lalu. Ia mengklaim saat ini kondisi debitur sudah mulai stabil dalam mengembalikan pinjaman.
Saat ini, untuk mensiasati agar angka NPL tak terdongkrak salah satunya adalah dengan mengalihkan fokus.  Kini, BPR Central Dana mulai mengurangi penyaluran kredit konsumtif dan fokus kepada kredit produktif.
Sebelumnya porsi kredit konsumtifnya mencapai 50 persen, dan kini dikurangi menjadi 30 persen. 
Untuk plafon kredit pun, disampaikan Prisky, pihaknya lebih memilih penyaluran kredit dengan jumlah kecil. "Plafon tertinggi kita saat ini dalam pemberian kredit bisa mencapai Rp 200 juta sampai Rp 300 juta, namun untuk mengurangi resiko macet kami lebih fokus memberikan kredit sampai plafon tertinggi Rp 30 jutaan," ucapnya, Kamis (31/10).
Dijelaskan, dalam pemberian kredit konsumtif, lebih didominasi oleh debitur dengan pekerjaan PNS. Kata dia, debitur PNS memilih kredit di BPR untuk keperluan hidup atau keperluan konsumtifnya. Sedangkan untuk kredit produktif didominasi oleh usahawan dari sektor komoditas, otomotif, jasa serta modal untuk usaha perdagangan.
"Kalau untuk kredit produktif masih dianggap aman, karena kemacetan lebih minim dibandingkan konsumtif. Hal ini dipengaruhi perputaran uang dari usaha debitur yang terus berjalan, sedangkan konsumtif yang didominasi PNS, sering terjadi kemacetan dalam pembayaran kredit," paparnya.
Namun dari segi aset hingga penyaluran kredit, BPR ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2012, dari segi penyaluran kredit baik konsumtif dan produktif BPR Central Dana sudah menyalurkan Rp 22 miliar dari tahun sebelumnya Rp 14 miliar, sedangkan untuk total aset sudah hampir mengantongi Rp 32 miliar.
"Kita juga terus mendapat pengawasan dari BI sampai saat ini, sehingga dalam penyaluran kredit pun kita lebih menjaga resiko kemacetan, mulai dari lebih jelas dalam jaminan yang diberikan debitur serta untuk tim marketing kita dituntun lebih jeli dalam survey,"katanya.
"Sesuai keterangan BI, NPL BPR rata-rata di provinsi jambi sampai diangka 5,96 persen memang betul, dan untuk kita memang hampir rata sesuai data tersebut," jelasnya saat ditemui Tribun. Kamis (31/10)
Ia pun menjelaskan, indikasi kemacetan pembayaran kredit debitur dipengaruhi beberapa masalah ekonomi global, seperti yang dialami bank ini, angka kemacetan terjadi di bulan Juli hingga agustus, karena bertepatan dengan momen Hari Raya Idul Fitri dan momen tahun ajaran baru, bahkan tambahan kebijakan pemerintah mengenai naiknya harga BBM bersubsidi menjadi efek tambahan terhadap kemacetan kredit.
"Di bulan Juli dan agustus, kebanyakan debitur kita menahan pembayaran kreditnya, dan itu terlebih kepada kredit konsumtif, tetapi memasuki hingga sekarang pembayarann kredit sudah mulai membaik," katanya.
Serupa dengan BPR Central Dana, PT. BPR Mitra Kencana pun mengalami penurunan dalam pembayaran kredit debiturnya, kredit konsumtif pun yang menjadi penyumbang terbesar dalam kemacetan pembayaran.
Disampaikan oleh Direktur Utama PT. BPR Mitra Lestari, Tanjumin mengatakan, indikasi terbesar yang dirasakan dalam kemacetan pembayaran kredit dari debitur dipengaruhi oleh sektor komoditi yang menjadi tonggak utama perekonomian Jambi. 
Kemacetan pun didapat dari meningkatnya jumlah debitur yang didapat di tahun 2012, dan efeknya dirasakan saat memasuki tahun 2013. Kenaikan debitur pun mencapai 61 persen di tahun 2012 pada BPR ini, sedangkan memasuki 2013 segala macam masalah ekonomi bertumpuk, sehingga jumlah kemacetan dirasakan pada saat ini yang membuat NPL BPR pun meningkat pula.
"Mulai dari harga akan komoditi yang belum pasti, terus dampak kebijakan pemerintah mengenai BBM serta permasalahan ekonomi global lainnya berdampak terhadap NPL BPR yang kini naik," terangnya.
Bahkan target yang diproyeksikan oleh BPR Mitra Lestari naik ditahun 2013 sebesar 30 persen terpaksa harus diturunkan sebesar 20 persen, selain itu untuk menanggapi naiknya NPL BPR, Tanjumin pun memfokuskan pemberian kredit saat ini lebih kepada sektor produktif, dimana untuk konsumtif yang dahulu memegang porsi terbesar sampai 60 persen.
"Untuk kredit produktif sendiri kita mencoba memproyeksikan disetiap sektor, khusus untuk sektor komoditi realisasi kita targetkan sebesar 40 persen, serta perdagangan 10 sampai 20 persen, dan sisanya beberapa sektor lainnya," pungkasnya.
Tags:
Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas