Lestanta Budiman: Angin saat Peluru Itu Melesat Masih Terasa
Lestanta Budiman (59), belum melupakan peristiwa percobaan penembakan terhadap dirinya, pada Minggu (3/11/2013) lalu.
Laporan Reporter Tribun Jogja Ryantono PS
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Lestanta Budiman (59), belum melupakan peristiwa percobaan penembakan terhadap dirinya, pada Minggu (3/11/2013) lalu.
Kala terjadi, calon anggota legislatif PDIP Yogyakarta asal Sleman itu, nyaris tewas ketika penembak misterius melepaskan sejumlah tembakan ke arah dirinya.
Teror penembakan menggunakan senjata api genggam itu, terjadi di rumah Budiman yang sekaligus posko pemenangan dirinya di Jalan Wahid Hasyim 40B, Condongcatur, Sleman. Peristiwa ini persisnya terjadi sekitar pukul 11.45 wib.
Budiman, hingga Senin (4/11/2013) siang, mengaku masih merasakan desir anak peluru yang melesat di sebelah lehernya. "Angin saat peluru itu dilesakkan masih terasa," tutur Budiman.
Peluru tersebut, mendarat di sisi atas gambar bung Karno yang bertuliskan "Kembali Ke Pancasila". Dinding yang terkena peluru tersebut berlubang dan serpihannya mengotori lantai sekitar.
Bukan hanya tembok rumah Budiman yang menjadi korban, namun salah satu tembakan membabibuta pelaku yang mengincar Budiman, mengenai Dian P. Ia adalah teman Lestanta yang malam itu menemani ngobrol bersama empat orang lainnya.
Dian P yang tertembak di lengan kirinya membuat susana jadi ricuh, orang-orang didalam ruangan ada yang tiarap dan menjerit. Budiman berusaha menenangkan orang-orang tersebut. Ia fokus pada penyelamatan Dian yang tertembak. Pelaku penembakan langsung kabur setelah tahu ada seorang yang tertembak.
Darah Dian yang berceceran di lantai membuat yang lainnya takut. Peluru masih bersarang di lengan Dian. Mereka berusaha mencari tindakan yang tepat untuk menyelamatkannya. Budiman mengambil keputusan membawanya ke RS Bethesda agar luka ditangannya bisa segera di obati.
Dilain pihak, Teddy yang melihat temannya terkena luka tembak berlari mengejar pelaku yang diduga menggunakan motor bebek. Sayang, pengejaran yang dilakukan Teddy gagal dan pelaku penembakan tersebut kabur.
Ruangan menjadi mencekam melihat darah berceceran. Kursi kayu yang di duduki Dian P menjadi korban sekaligus bukti bagaimana cepatnya peluru tersebut melaju. Mengontrol emosi dan suasana, Budiman dan Teddy membagi tugas. Ia mengantar Dian P dan Teddy disuruhnya menghubungi Pihak Kepolisian.
Kasus ini, sampai Selasa (5/11/2013) siang, masih ditindak lanjuti pihak kepolisian. Dosen UPN tersebut menegaskan, tidak mengetahui motif penyerangan tersebut. Ia mengaku tidak pernah memiliki musuh sebelumnya.