Tak Ada Pusaka di Kirab 'Malam Satu Sura' Keraton Solo
Perseteruan di keraton Solo menghadapkan Dewan Adat dengan Sinuhun Pakubuwono ke-13. Pusaka keraton tak hadir dalam kirab kali ini.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Di tengah perseteruan keluarga keraton Solo, Jawa Tengah, kirab "kebo bule" di "Malam Satu Sura" dilaksanakan Dewan Adat, Senin (4/11/2013) malam hingga Selasa (5/11/2013) dini hari. Perseteruan di keraton Solo menghadapkan Dewan Adat dengan Sinuhun Pakubuwono ke-13. Pusaka keraton tak hadir dalam kirab kali ini.
"Tidak ada pusaka yang dikirab, hanya kerbau Kyai Slamet saja. Untuk pusaka, sudah ada yang ngurus," kata KGPH Puger kepada wartawan. Sebelummya, Senin (4/11/2013) petang, kubu Sinuhun Pakubuwono ke-13 yang juga berstatus raja keraton sudah mengumumkan bahwa kirab ini batal dilaksanakan. Pertimbangan pembatalan adalah konflik yang tak kunjung usai tersebut.
Dari pengamatan, sejak Senin pukul 20.00 WIB, keraton Solo sudah dipadati warga yang datang untuk menyaksikan kirab "Malam Satu Suro". Berbeda dengan daerah lain, salah satu ikon keraton Solo dalam kirab Suro adalah adanya kerbau bule yang diyakini sebagai keturunan Kyai Slamet.
Dalam kirab tersebut terdapat delapan ekor kerbau yang dikirab. Pelaksanaan kirab sempat molor hingga berjam-jam dan baru sekitar pukul 23.45 iring-iringan delapan ekor kerbau mulai datang ke Kori Kamandungan untuk mengikuti ritual yang sudah disiapkan para abdi dalem.
Sejumlah sesaji seperti nasi tumpeng, buah-buahan dan sayuran, disajikan untuk disantap sang kerbau. Namun entah kenapa, delapan kerbau lima kali memilih untuk memutar balik dan menolak mengikuti ritual. Setelah beberapa saat, abdi dalem mengalungi setiap kerbau dengan kalung bunga dan kirab pun dimulai.
Sebagaimana diberitakan juga sebelumnya, kubu Sinuhun Pakubuwono ke-13 menyatakan kirab ditiadakan karena tak sesuai dengan perintah raja. Pengumuman peniadaan kirab disampaikan Mahapatih KGPH PA Tedjowulan.
"Sinuhun meminta kirab memperingati 1 Sura atau tahun baru 1435 Hijriah ditiadakan," kata Tedjowulan dilansir Kompas.com.
Dia pun menyatakan ada lima kegiatan di keraton untuk memperingati 1 Sura atau Tahun Baru Hijriah.
Kelima kegiatan itu, sebut Tedjowulan, adalah kirab pusaka, semedi dan shalat hajat, lalu wilujengan atau syukuran setelah kirab pusaka, dan diakhiri shalat subuh.
"Sebelum kelima (kegiatan) dilakukan, harus ada nawala atau surat perintah dari sinuhun tentang apa saja pusaka yang akan dikirab," kataTedjowulan dalam konferensi pers, Senin petang.