Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Surono: Waspadai, Merapi Sekarang Tak Punya Topi

Surono alias Mbah Rono mengatakan, situasi Merapi harusnya diwaspadai karena sistem Merapi yang kini terbuka dan frekuensi hujan yang makin sering.

Editor: Yulis Sulistyawan
zoom-in Surono: Waspadai, Merapi Sekarang Tak Punya Topi
@shfly44244?twitter
Kolom asap Merapi yang sempat tertangkap kamera seorang pengguna twitter pada Senin (18/11/2013) pukul 05.30 WIB 

TRIBUNNEWS.COM - Pakar vulkanologi dan mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono alias Mbah Rono mengatakan. situasi Merapi saat ini seharusnya diwaspadai. Soalnya, sistem Merapi yang kini terbuka dan frekuensi hujan yang makin sering.

"Merapi sekarang sudah tidak punya topi," jelas pria Surono menggambarkan terbongkarnya kubah lava Merapi setelah letusan besar tahun 2010 saat dihubungi, Senin (18/11/2013).

Sistem Merapi yang terbuka karena tak punya kubah lava menyebabkan interaksi antara air permukaan dengan magma lebih mudah.

"Dengan sistem terbuka, air hujan mudah masuk, berinteraksi dengan magma panas, tekanan tinggi memicu letusan freatik," urai Surono.

Ditambah dengan situasi cuaca yang kini sudah memasuki musim hujan, interaksi antara magma dengan air permukaan akan lebih besar.

"Apalagi Merapi ini kan gunung yang banyak menjadi tujuan wisata minat khusus, ada banyak orang yang ke sana," ungkapnya.

Menurut Surono, aktivitas Merapi saat ini "harus diwaspadai."

Berita Rekomendasi

Surono mengatakan, letusan freatik yang mencapai 2.000 meter bagi Merapi yang kini merupakan sistem terbuka tergolong istimewa.

Menurut Surono, pengambilan keputusan tentang status gunung berapi seharusnya mempertimbangkan kepentingan masyarakat.

"Subyeknya bukan gunung apinya, tetapi masyarakatnya," kata Surono.

"Lebih baik meningkatkan status menjadi siaga atau awas tetapi letusan tidak terjadi daripada mendiamkan tetapi nanti kecolongan," tambahnya.

Surono menuturkan, Merapi saat ini sudah tidak sama dengan Merapi pada tahun 2006 ataupun 2010, jadi cara pandang terhadap Merapi juga harus berubah. (*)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas