KMP Teluk Sinabang Tak Beroperasi, Penumpangnya Terserang Sakit
Penumpang Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Teluk Sinabang yang tertunda berangkat dari Singkil karena mesinnya rusak
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SINGKIL - Penumpang Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Teluk Sinabang yang tertunda berangkat dari Singkil karena mesinnya rusak sehingga sebagian di antaranya menginap di kapal itu, Jumat (22/11/2013) kemarin mulai diserang demam, batuk, dan flu. Mereka tambah gusar karena belum ada kepastian kapan mesin kapal itu berhasil diperbaiki.
Dampak tidak beroperasinya kapal feri itu juga dirasakan di Pulau Simeulue. Karena kapal sudah dua trip tidak ke Simuelue, sehingga stok bahan sembako mulai menipis, meski harga masih stabil.
Selain itu, puluhan siswa kelas III SMU di Simeulue yang hendak ikut Tes Penjajakan Bidang Ilmu (TPBI) di Banda Aceh maupun Medan, Sumatera Utara, hampir dipastikan gagal ikut ujian. Sebab hingga kemarin sore belum ada moda transportasi laut yang menggantikan fungsi kapal feri yang rusak itu.
Wartawan Serambi (Tribunnews.com Network) di Singkil melaporkan, kabar tentang adanya calon penumpang Teluk Sinabang yang sakit setelah dua malam menginap di dek kapal itu diperoleh dari Zaerudin, penumpang kapal, asal Desa Linggi, Kabupaten Simeulue. Kapal itu masih sandar di Pelabuhan Feri Pulau Sarok, Aceh Singkil, setelah rusak sejak Rabu (20/11/2013).
Menurutnya, hanya penumpang bertiket yang dibolehkan menginap di kapal dan mereka mendapat kompensasi berupa makan gratis. Banyak yang kecewa karena mereka bukan sengaja tak beli tiket sebelum naik kapal, tapi ketika mereka membeli tiket loketnya sudah keburu tutup.
"Saya serombongan 15 orang. Lima di antaranya anak-anak. Tapi tidak mendapat jatah makan, karena belum punya tiket," keluhnya.
Penumpang lainnya, Rasih sengaja memilih bertahan di atas kapal, karena tak ada pilihan moda transportasi lain untuk menuju kampung halamannya di Simeulue.
"Kalau saya ke luar dari kapal, mau naik apa lagi nanti ke Simeulue. Mau tidak mau ya terpaksa menginap di kapal," kata perempuan tua yang sudah dua malam menginap di kapal itu.
Ardiansyah, penumpang lain mengaku terpaksa menginap di kapal karena stok uangnya terbatas untuk menginap di losmen atau hotel. Apalagi dalam perjalanan kali ini dia berdua dengan ibunya.
Pantauan Serambi, penumpang Teluk Sinabang ketika hendak ke daratan umumnya ke luar melalui jendela kapal di bagian atas. Setelah itu baru menyeberang dengan cara melompat ke KMP Teluk Singkil yang juga rusak mesinnya. Setelah itu barulah mereka bisa turun ke Pelabuhan Feri Pulau Sarok. Hal itu dilakukan penumpang karena pintu masuk ke Teluk Sinabang tidak sejajar dengan lantai pelabuhan.
Sementara itu, General Manager ASDP Indonesia Ferry Cabang Sinabang, Vega Ryanto mengatakan, Teluk Sinabang dan Teluk Singkil belum bisa berlayar. Masih diperbaiki mesinnya dan dilakukan pemeriksaan terhadap komponen lainnya.
Bagi Simeulue, KMP Teluk Sinabang itulah saat ini satu-satunya feri yang menghubungkan Pulau Simeulue dengan Labuhan Haji (daratan Aceh). Tapi karena sudah lebih tiga hari tak masuk ke Simeulue, sehingga warga di pulau itu tak bisa bepergian ke daratan. Imbas lainnya, stok sembako menipis, meski harga belum melonjak. Pengakuan tentang stok sembako menipis didapat Serambi dari Amri, salah seorang pemilik toko sembako di Sinabang.
Pedagang lainnya, Andi Sastra malah merinci bahwa stok gula pasir di tokonya kini habis, karena tak masuknya gula baru yang biasanya diangkut KMP Teluk Sinabang.
"Tapi kalau stok beras dan minyak goreng masih ada sedikit," ujarnya.