Pembangunan Translok Senilai Rp 5,6 Miliar Asal Jadi
Sedikitnya 100 kepala keluarga (KK) penerima bantuan rumah translok itu meragukan kualitas proyek perumahan translok
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Pos Kupang, John Taena
TRIBUNNEWS.COM, WAINGAPU--Pembangunan perumahan untuk peserta program transmigrasi lokal (translok) di Desa Kataka, Kecamatan Kahaungu Eti, Sumba Timur, diduga asal jadi. Sedikitnya 100 kepala keluarga (KK) penerima bantuan rumah translok itu meragukan kualitas proyek perumahan translok senilai kurang lebih Rp 5,6 miliar tersebut.
Pengamatan Pos Kupang di lokasi, Minggu (24/11/2013), pembangunan perumahan translok itu jauh berbeda dengan gambar proyek pembangunan yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013 itu.
Kondisi ini dibenarkan Ketua RT 10/RW 05, Dusun Padanjarahamu, Desa Kataka, Umbu Hamba Ratu Djawa (34), saat ditemui Pos Kupang di kediamannya, Minggu (24/11/2013).
Umbu Hamba Ratu Djawa, salah satu warga translok tersebut mengatakan, hampir sebagian besar warga di translok itu meragukan kualitas proyek perumahan tersebut.
Pasalnya, dari 100 unit rumah yang dibangun dengan total dana kurang lebih Rp 5,6 miliar, terdapat sejumlah item pada bangunan yang mulai rusak.
"Ada kusen jendela yang tidak pas, ditempel dengan tripelks. Tembok dan lantai rumah sebagian besar sudah retak, bahkan pecah," ungkapnya.
Sebelumnya, kata Umbu, warga mencurigai keretakan dan pecahan pada tembok rumah sengaja dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Hal inipun pernah dicurigai oleh pihak pengawas yang mendatangi dirinya dan melaporkan peristiwa itu.
Namun, lanjut Umbu, setelah ditambal kembali, ternyata tembok rumah tetap saja pecah.
"Pengawasnya waktu datang lapor karena saya ketua RT. Tapi setelah dicek, ternyata tidak ada orang yang kasih rusak karena memang temboknya tidak kuat," paparnya.
Umbu menjelaskan, proses pengerjaan proyek perumahan translok tersebut diduga terjadi penyelewengan. Alasannya, terdapat sejumlah kusen jendela yang ditambal dengan tripleks. Dari total 100 unit rumah yang ada tidak dilengkapi dengan kunci pintu dan jendela. Selain itu, rata-rata setiap rumah yang dilengkapi dua kamar tidak memiliki pintu. "Berdasarkan gambar, kamar tidur dilengkapi dengan pintu, tapi semua rumah tidak ada pintu kamar," kata Umbu.
Salah satu contoh kejanggalan proyek pembangunan perumahan translok tersebut adalah plamir tembok. Rumah warga translok dengan konstruksi setengah tembok itu seharusnya diplamir, namun ternyata tidak. Hal ini terlihat dari tiga rumah masing-masing nomor 72, 73 dan 75 sebelumnya dilengkapi kunci dan diplamir serta dipasang pintu pada kamar tidur.
"Ini adalah rumah contoh yang dikirim ke pusat untuk pencairan tahap dua, jadi agak beda. Waktu itu ada pintu di kamar, tapi setelah mereka foto habis untuk pencairan dana tahap dua, mereka buka kembali. Katanya semua rumah tidak bisa dipasang pintu kamar karena dana kurang," kata Umbu.
Hal senada disampaikan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Kataka, Umbu Manja Mehang (39). Dikatakannya, proyek pembangunan perumahan translok tersebut syarat persoalan. Persoalan yang terjadi pada proyek itu sudah disampaikan kepada Pemkab Sumba Timur melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumba Timur.
"Kemarin (Sabtu, 23/11/2013, red) kami pertemuan dengan Kadis Nakertrans. Masalah pertama yang saya angkat adalah kunci pintu. Katanya mau penyerahan kunci, tapi kenyataannya semua rumah tidak ada yang dipasang kunci," ungkap Umbu Manja Mehang.
Selain mempertanyakan masalah kunci rumah dan juga pintu kamar yang tidak dipasang seperti pada gambar proyek, Umbu Manja, juga mempertanyakan lubang WC yang tidak digali.
Ia mengatakan, rata-rata setiap lubang WC pada perumahan translok tersebut hanya sekitar 30-40 cm. Hal ini dinilai sangat bertolak belakang dengan program pembangunana pemerintah yang sesungguhnya.
"Waktu saya pertanyakan masalah kunci pintu, jawaban kadisnya, katanya karena kekurangan dana, tapi pihak rekanan akan bantu pasang. Ditanya lubang WC yang tidak digali, jawaban Kadis Nakertrans Sumba Timur, katanya nanti kalau sudah tinggal baru warga gali lagi," papar Umbu Manja. *