Bagi Kami Chris John Tetap Juara
Paman Chris John, Sopyan, juga mengatakan kekalahan kemarin bukan akhir perjalanan karir Chris John.
Editor: Budi Prasetyo
Laporan wartawan Tribun Jateng /fajar eko nugroho
TRIBUNNEWS.COM BANJARNEGARA Kekalahan Chris John atas petinju Afrika Selatan Simpiwe Vetyeka di Australia, Jumat (6/12/2013) malam, membuat keluarga dan tim pelatih terpukul. Namun mereka tetap optimistis Chris John akan bangkit.
Kekalahan itu merupakan kekalahan pertama bagi Chris John selama karir tinjunya. Namun, sang pelatih, Craig Christian, tetap bangga pada petinju yang sudah berkali-kali mengharumkan nama Indonesia di dunia olahraga tinju internasional.
Catatan rekor Chris John mempertahankan gelar juara dunia sebanyak 18 kali, akhirnya pupus di pertarungan ke-19. "Bagi saya, Chris John tetap juara," ujar Craig.
Paman Chris John, Sopyan, juga mengatakan kekalahan kemarin bukan akhir perjalanan karir Chris John. "Biarpun Chris kalah, saya tetap mendukungnya sampai kapan pun," katanya. "Ke depan, Chris harus mempertimbangkan lagi untuk strategi yang tepat untuk melatih tinjunya," tandasnya.
Keyakinan Sopyan bahwa Chris John bukanlah sosok yang mudah menyerah sudah terbukti sejak kecil. Yohannes Christian John, demikian nama lengkap Chris John, sudah terbiasa menjalani hidup keras. Chris John merupakan putra kedua dari empat bersaudara pasangan mantan petinju nasional Johan Tjahjadi dan Maria Warsini.
Menurut Sopyan, olahraga tinju sudah menjadi rutinitas Chris John sejak usia balita, tepatnya umur 4 tahun. Sejak usia itu lah, Penjol (panggilan Chris John) mulai dilatih fisik oleh ayahnya. Mulai dari setiap pagi disuruh push up yang jumlah hitungannya selalu bertambah dari hari ke hari.
Penjol di waktu SD bersekolah di SD Gelang, yang letaknya sekitar 1,5 km dari kediamannya di RT 01 RW 02 Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara.
“Ia bangun pagi setiap hari pasti pukul 04.00. Setelah bangun ia disuruh ayahnya lari untuk mengitari desanya sampai sekitar pukul 06.00. Begitulah rutinitas Penjol setiap pagi harinya,” kata Sopyan saat menonton bareng pertandingan tinju Chris John vs Vetyeka bersama Tribun Jateng di rumah Chris John di Banjarnegara, Jumat malam.
Adapun setiap sore hari, saat teman sebayanya lagi asyik bermain sepakbola di lapangan Gelang, ia hanya bisa melihatnya dan harus berlari mengitari lapangan itu sebanyak 100 kali.
Chris John juga kerap mendorong sepeda pedagang sayur mulai pukul 03.00 pagi dan mendapatkan uang dari pedagang yang sudah dibantunya sebesar Rp 10 rupiah. Uang itu untuk uang saku Penjol setiap harinya.
Ia melakukan kegiatan itu di Jembatan Mandiraja yang dibangun di atas Sungai Serayu dengan posisi letak tanahnya yang menanjak kira-kira sepanjang 400 meter. “Kehidupan Penjol sejak kecil memang sangat keras, tegas dan disiplin,” tutur Sopyan.
Chris 'Penjol' dulu bersekolah di SMP Cornelis Purbalingga yang jaraknya dari rumahnya di Banjarnegara sekitar 28 km. “Ia setiap pagi berangkat dan pulang selalu ditemani ayahnya dengan menempuh perjalanan menggunakan sepeda federal beriringan,” ujar Sopyan.
Melihat sejarah masa kecil Chris John itulah, Sopyan yakin Chris John akan bangkit dan menjadi juara dunia kembali. (fajar eko nugroho)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.