Luna: Perempuan Masih Jadi Warga Negara Kelas Dua
Tubuh perempuan berbusana putih hitam itu dililit oleh lakban.
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Priatmojo
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Tubuh perempuan berbusana putih hitam itu dililit oleh lakban. Setelah itu dirinya dibungkus dengan sebuah plastik transparan. Tampak dua orang pria kemudian melilitkan sebuah tali tambang.
Perempuan yang terbungkus plastik itu kemudian ditarik ke arah yang berlawanan. Tubuh perempuan itu menggeliat kesakitan dan akhirnya roboh. Dengan susah payah tangannya berusaha melepaskan lilitan.
Sementara si dua pria tadi terus memandangi si perempuan yang tampak gontai.
Peristiwa tersebut, merupakan aksi perfomance art yang digagas oleh komunitas Jejer Wadon dalam rangka memeringati 16 hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
Aksi yang bertajuk Refleksi Gerakan Perempuan dalam Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak itu dipusatkan di halaman Plaza Sriwedari, Selasa (10/12) sore.
Luna Dian Setya, yang memerankan sebagai perempuan yang terlilit lakban mengatakan, perannya tersebut menggambarkan perempuan di era modern ini. "Yang katanya memiliki kesetaraan gender dengan kaum pria ternyata masih dianggap sebagai kelas nomor dua," tuturnya.
Kenyataannya, kata dia, perempuan masih menjadi objek eksploitasi kaum pria. Anggapan kelas dua bagi kaum perempuan tersebut membuatnya menjadi kaum yang rentan terhadap kekerasan.
"Apa yang kami tampilkan tadi adalah sebuah refleksi betapa perempuan di era modern masih rentan terhadap kekerasan. Bahkan di saat kampanye persamaan gender terus disuarakan," ujarnya.
Ketua komunitas Jejer Wadon, Elizabeth Yulianti Raharjo mengatakan dalam rangka memeringati 16 hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Jejer Wadon menggelar kegiatan sarasehan yang dipusatkan di Balai Soedjatmoko.
Sedangkan performance art tersebut merupakan pembuka. Selain penampilan aksi teatrikal tersebut dalam acara pembuka yang digelar di Plaza Sriwedari itu juga disajikan pembacaan puisi dari sebuah buku kumpulan puisi berjudul Merawat Ingatan Rahim: Puisi Tragedi Mei 1998.
Elizabeth mengatakan, dalam catatan tahunan tentang kekerasan terhadap perempuan yang dikeluarkan oleh Komnas Perempuan tahun 2010 terdapat 119.107 kasus, tahun 2011 terdapat 105.103 kasus (hanya kekerasan seksual saja), tahun 2012 terdapat 216.156 kasus.
Dirinya menyatakan dari data tersebut terungkap bahwa setiap tahun ada kecenderungan peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan.