Penduduk Desa Gurabesi Dihantui Longsor dan Banjir Bila Hujan Turun Semalaman
Lazimnya orang akan tidur pulas bila hujan turun sepanjang malam. Tapi sebaliknya penduduk Desa Gurabesi ini malah susah pejamkan mata. Mengapa?
Penulis: Agung Budi Santoso
Laporan: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Bila hujan turun sepanjang malam, lazimnya orang akan tertidur pulas lantaran disergap udara dingin.
Tapi rupanya ini tidak berlaku bagi penduduk Desa Gurabesi, Distrik Jayapura Utara, Provinsi Papua. Tiap kali hujan turun di malam hari, penduduk desa ini malah tak bisa memejamkan mata sepanjang malam hingga subuh menjelang. Mengapa?
"Karena ini termasuk kawasan rawan bencana. Mudah longsor dan banjir. Pokoknya kalau hujan turun di malam hari, kami bersiaga selalu," kata Yohanis Waicang, tokoh masyarakat setempat saat ditemui Tribunnews.com dan rombongan LSM Oxfam, belum lama berselang.
Trauma bencana di masa lalu memang pantas membuat warga Desa Gurabesi waspada. Beberapa kali desa dihajar banjir dan longsor, sejumlah rumah ditenggelamkan bencana, seperti terjadi tahun 2009 silam.
Karena itu, warga desa ini sepakat membentuk Tim Siaga Bencana Kelurahan (TSBK). Yohanis Waicang yang duduk sebagai Ketua TSBK desa itu bertutur, begitu tanda-tanda bencana akan terjadi, alarm tanda peringatan akan dibunyikan keras-keras ke seluruh penjuru desa.
Tak cukup sampai di situ, warga juga mendapat peringatan keras (warning) lewat pengeras suara. "Kami sudah siagakan lokasi pengungsian bila sewaktu-waktu longsor dan banjir mengancam. Salah satunya masjid terdekat," kata Yohanis Waicang.
Dari Sisi Geografis Memang Rentan Bahaya
Kelurahan Gurabesi memang rentan bahaya secara geografis. Dari sisi geografis, Kelurahan Gurabesi memiliki ketinggian 500 meter di Atas Permukaan Laut dengan Topografi wilayah yang berbukit yang digunakan untuk areal perkebunan dan pemukiman untuk wilayah datar.
Curah hujan rata-rata 2,844 mm/tahun dan suhu rata-rata hariannya 27 0c. Kondisi iklim yang seperti itu telah memicu munculnya berbagai ancaman bencana di Kelurahan Gurabesi antara lain : Banjir dan longsor, kebakaran dan berbagai ancaman lainnya. Apalagi posisinya yang diapit dua bukit besar dan dibelah sebuah sungai.
Dengan kondisi alamseperti diatas, Kelurahan Gurabesi memiliki tingkat kerawanan yang sangat tinggi terhadap ancaman bencana, apalagi dilihat dari sejarah kejadian bencana. Banjir di kelurahan Gurabesi pernah terjadi sekitar tahun 1967, 1985 dan tahun 2007.
Kejadian longsor terjadi pada 1980, 1985 dan 2007. Sedangkan kejadian kebakaran terjadi pada tahun 1968, 2004 dan 2009. Kejadian- kejadian tersebut telah memberikan dampak dan kerugian besar pada masyarakat berupa korban jiwa, pemukiman dan harta benda.
"Berangkat dari persoalan di atas, maka diperlukan upaya strategis untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana terkait dengan kemampuan mengurangi risiko bencana," kata Sunarso, Project Manager Oxfam untuk Wilayah Indonesia Timur.
Menurutnya, proses partisipasi masyarakat dimulai dengan melakukan kajian resiko secara partisipatif.
Kajian dilakukan untuk melihat potensi ancaman dan mengevaluasi kondisi kerentanan yang dapat merugikan asset-asset atau modal sosial, politik, mata pencaharian, lingkungan maupun sumberdaya manusia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.