Demo Pilkada Ricuh, Massa Hancurkan Kaca Jendela Gedung DPRD SBD
Gedung DPRD Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) menjadi sasaran amuk massa Forum Masyarakat Bersama Peduli
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Pos Kupang, Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM, TAMBOLAKA - Gedung DPRD Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) menjadi sasaran amuk massa Forum Masyarakat Bersama Peduli Kebenaran dan Keadilan yang demonstrasi di halaman kantor wakil rakyat itu, Senin (6/1/2014) siang. Seketika saja demonstrasi berubah menjadi kericuhan.
Massa beringas melempar gedung DPRD dengan batu. Prak! kaca 15 jendela di gedung itu pecah dan hancur berantakan. Kaca depan mobil dinas Kapolres Sumba Barat pun pecah. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Warga menginginkan agar Paket KONco Ole Ate yang dlantik menjadi Bupati-Wakil Bupati SBD masa lima tahun ke depan.
Kericuhan hanya berlangsung sebentar. Situasi dapat dikendalikan berkat kesigapan para koordinator aksi serta aparat keamanan menenangkan para pendemo. Aksi demo pun terus berlangsung sampai pukul 13.30 Wita.
Pendemo berjumlah sekitar 2.500 orang. Mereka ke DPRD menumpang 20 truk, sejumlah mobil pick up dan sepeda motor. Estimasi jumlah pendemo 2.500 orang dengan asumsi satu truk mengangkut 100 lebih warga. Saat tiba pukul 10.00 Wita, massa terkonsentrasi di halaman depan gedung DPRD. Mereka membentangkan spanduk, antara lain bertuliskan, "DPRD Harus Bela Rakyat. Jangan Bela yang Salah. Ingat Kedaulatan di Tangan Rakyat; Masyarakat SBD Tetap Inginkan KONco OLE ATE Dilantik; DPRD Pikirkan SBD, Jangan Kepentingan Pribadi yang Didahulukan; Pelaku Penggelembungan Harus Dihukum Karena Meresahkan. Kami Masyarakat SBD Tidak Main-main."
Beberapa saat kemudian, Ketua DPRD SBD, Yoseph Malo Lende bersama anggota Dewan, Sulaiman T Wango, Oktavianus, Rudolf R. Holo, Melkianus Lende, Gabriel Pira dan David Ramone menemui pendemo. Ada bersama mereka, Kapolres Sumba Barat, AKBP M Ishaq.
Massa yang dikoordinir Agustinus Wukur Kaka dan Agustinus Golawolu menyampaikan tuntutan. Mereka menanyakan tuntutan yang disampaikan kepada Dewan saat melakukan aksi pada tanggal 27 Desember 2013 lalu.
"Ini kali kelima kami datang di DPRD. Masalah pilkada ini bukan masalah KONco Ole Ate (dr. Kornelius Kodi Mete-Drs. Daud Lende Umbu Moto) lagi, tapi masalah SBD. Kami menanyakan kinerja dewan. Tidak ada lagi Golkar, Gerindra, PDIP tapi anggota dewan wakil rakyat harus menyelesaikan masalah SBD. Kami masyarakat menanti pemimpin.
Menurut kami, pilkada yang digelar 5 Agustus 2013 sudah selesai dan sesuai pilihan rakyat, pemenangnya adalah KONco Ole Ate," teriak seorang orator saat berorasi.
Tuntutan mereka, sebagaimana saat aksi sebelumnya, yaitu mendesak DPRD mengambil langkah dan sikap yang tepat yang selanjutnya mengembalikan apa yang menjadi hak rakyat sesuai hasil perhitungan pilkada. Demokrasi menganut prinsip dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat pada tataran pelaksanaan sangat kontradiktif, yaitu dari rakyat, oleh KPU/MK untuk kecurangan dan kejahatan.
Menurut Formabes, SBD seharusnya tidak mengalami situasi dipimpin oleh penjabat bupati lantaran kemelut dan tragedi pilkada yang terjadi karena perilaku tidak terpuji oknum yang melakukan pemaksaan kehendak untuk mendapatkan kekuasaan melalui sekanario kejahatan demokrasi terstruktur dan sistematis.
"Rakyat menghendaki SBD dipimpin bupati definitif hasil pilihan rakyat, bukan hasil manipulasi dan penggelembungan suara," demikian pernyataan sikap Formabes Peduli Kebenaran dan Keadilan saat melakukan demo kali lalu.
Saat berorasi, ada pendemo berteriak KONco Ole Ate harga mati. Kalau yang dilantik orang lain, lihat saja apa yang terjadi. Pada kesempatan itu, perwakilan Suku Wewewa, Loura dan Kodi menyampaikan aspirasinya. Intinya, mereka mendesak DPRD memproses usulan pelantikan KONco Ole Ate sebagai Bupati dan Wakil Bupati SBD periode 2013-2018. Selanjutnya, dilakukan ritual adat oleh tokoh adat, ditandai dengan menyembelih dua ekor ayam. Darahnya dibiarkan membasahi tanah lapang tersebut.
Agus Goluwola mengatakan, terlalu banyak isu yang dimainkan dari waktu ke waktu oleh oknum-oknum tertentu. Isu itu sangat meresahkan masyarakat. Agus juga mempertanyakan ketidakhadiran anggota Dewan yang lain saat mereka demo. Menurutnya, Dewan yang tidak masuk kantor tarik kembali mobil dinas.
"Jangan sampai rakyat ketemu di mana dan bakar itu mobil. Masyarakat tidak mau pelantikan lain selain KONco Ole Ate," tegas Agus.
Bersamaan dengan itu, beberapa pendemo membakar ban mobil di sisi barat. Tidak ada upaya untuk memadamkan api oleh aparat keamanan. Beberapa pendemo ronggeng (menari) sambil mengacung-acungkan parang. Entah bagaimana, aksi berubah menjadi ricuh. Pendemo melempari gedung DPRD dengan batu. Pegawai negeri, aparat keamanan dan sejumlah warga yang menyaksikan aksi demo dari gedung DPRD lari berhamburan menyelamatkan diri. Begitupun yang berdiri di jalan di depan gedung DPRD.
Setelah melempar, sebagian besar pendemo lari ke arah mobil truk yang diparkir tidak jauh. Beberapa saat kemudian mereka kembali bergabung dengan teman-temannya yang masih melakukan aksi. Situasi kembali terkendali.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.