Pematokan Batas Bandara Kulonprogo Diadang Warga
Tiga buah patok batas lahan bandara di wilayah Pedukuhan Sidorejo, Desa Glagah, Kecamatan temon, urung dipasang tim
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Singgih Wahyu
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Tiga buah patok batas lahan bandara di wilayah Pedukuhan Sidorejo, Desa Glagah, Kecamatan temon, urung dipasang tim Persiapan Pembangunan Bandara Baru (P2B2), Selasa (7/1/2014) sore. Pasalnya ratusan warga pedukuhan setempat menghadang tim dengan berkumpul di sekitar jalan pedukuhan yang akan dilalui.
Informasi dihimpun, aksi warga berkumpul di jalan terjadi ketika tim gabungan dari Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, BPN, dan PT Angkasa Pura itu memasang patok di wilayah Pedukuhan Kretek yang berbatasan langsung dengan Sidorejo. Tidak terjadi peristiwa keributan dalam aksi tersebut. Tim lantas mengurungkan kegiatannya.
Namun hingga Rabu (8/1/2014) pagi sekitar pukul 04.00 WIB, warga masih berkumpul di sekitar jalan. Mereka khawatir kecolongan jika ternyata pemasangan patok dilakukan pada malam hari. Hingga berita ini diturunkan, warga masih berkumpul-kumpul secara berkala.
Tokoh masyarakat Sidorejo, Suyatno (63), mengatakan aksi tersebut hanya spontan dilakukan warga secara bersama-sama ketika mendengar kabar ada pematokan di pedukuhan sebelah dan akan berlanjut ke wilayah Sidorejo.
Menurutnya, aksi tersebut bukan bentuk perlawanan pada pemerintah. Melainkan warga yang juga tergabung dalam Paguyuban Wahana Tri Tunggal tersebut sedang berusaha mempertahankan hak miliknya berupa tanah.
"Warga tidak rela kalau hak miliknya diserobot. Kami katakan diserobot karena tidak ada siapapun yang permisi pada warga mau mematok. Nggak ada pejabat atau siapapun yang minta izin pada pemilik tanahnya," kata Suyatno.
Dia mengatakan, aksi berkumpul di jalan penghubung antar pedukuhan itu akan tetap dilakukan warga hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Karena hal itu dilakukan atas spontanitas warga yang ingin mempertahankan tanahnya.
Dia juga belum tahu bagaimana reaksi masyarakat jika tim pemasang patok itu datang lagi ke Sidorejo. Namun ditegaskannya, warga akan tetap bersiaga seperti itu.
"Kita lihat saja nanti situasinya, saya tidak bisa bicara bagaimana," ujarnya.
Tokoh lainnya, Mardi suwito (76), mengatakan warga hingga kini masih tidak merelakan lahannya untuk dijadikan lokasi pembangunan bandara tersebut.
Karena itu, mereka tak ingin ada yang memasang patok sembarangan di wilayah tersebut. Apalagi jika patok dipasang tanpa seizin dari pemilik tanah.
"Warga siap menjaga jika ada pejabat datang lagi mau masang patok. Warga akan bersiaga dan menolak patok," kata dia.
Camat Temon, Djaka Prasetya, membernarkan tim P2B2 mengurungkan niat untuk memasang patok tanah di Sidorejo setelah warga menghadang di jalan.
Dia juga mengatakan, hingga Rabu (8/1/2014) sudah ada 19 buah patok terpasang dari total 22 buah. Patok tersebut terpasang di lima desa yang menjadi lokasi bandara yakni Palihan, Kebonrejo, Jangkaran, Sindutan, dan Glagah.
"Rencana semula ada 20 patok yang akan dipasang tapi lalu ditambah dua untuk patok ujung runaway bandara di Sindutan dan Glagah. Hanya Sidorejo saja yang belum dipasang patok," kata dia di sela mendampingi tim B2P2 wilayah pantai Glagah.
Atas reaksi warga Sidorejo tersebut, Djaka mengatakan pihaknya akan melakukan upaya pendekatan pada tokoh-tokoh warga setempat. Namun dia tak bisa memastikan kapan patok akan selesai dipasang di wiayah tersebut.
"Ya pelan-pelan, yang penting bisa tercapai. Wilayah lainnya kan juga sudah terpasang dan ngga ada apa-apa," kata dia.