Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Otak Erwiana Bengkak akibat Pukulan selama 6 Bulan

Trauma otak menyebabkan Erwiana Sulistyaningsih tidak bisa berjalan dan penglihatannya terganggu,

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Otak Erwiana Bengkak akibat Pukulan selama 6 Bulan
KOMPAS.COM/ M Wismabrata
Erwiana terbaring di rumah sakit Amal Sehat, Sragen, Senin (20/1/2014). 

TRIBUNNEWS.COM SRAGEN,  - Trauma otak menyebabkan Erwiana Sulistyaningsih tidak bisa berjalan dan penglihatannya terganggu, kata dokter yang merawat tenaga kerja Indonesia yang menjadi korban kekerasan majikannya di Hongkong itu.

"Erwiana dipukul pada kepala selama setidaknya enam bulan. Tidak mungkin luka (otak) itu disebabkan hal lain," kata dr Imam Fadhli, yang merawat Erwiana di RS Amal Sehat, Sragen, Jawa Tengah, seperti dilaporkan South China Morning Post, Senin (20/1/2014).

Menurut dokter bedah umum tersebut, berdasarkan hasil CAT scan yang dilakukan pekan lalu, seluruh bagian otak Erwiana bengkak. Dia menjadi pusing saat berdiri dan pandangannya kabur.

"Otak merupakan pusat tubuh, jadi apapun bisa terjadi padanya saat ini. Kami memberi dia pengobatan untuk mengurangi pembengkakan dan memantau kondisi dengan seksama," papar Fadhli.

Dia menambahkan, pandangan ganda yang dialami Erwiana bisa disebabkan luka pada wajahnya. Hasil rontgen menunjukkan adanya pergerakan dinding hidung yang biasanya disebabkan pukulan dengan benda tumpul.

Sebelumnya diberitakan, Erwiana dia berangkat ke Hongkong untuk menjadi TKI pada 27 Mei 2013. Dia bekerja pada Law Wan Tung di apartemen beralamat di Tong Ming Street, Kowloon, Hongkong.

Berita Rekomendasi

Sejak saat itu, Erwiana bekerja dan tinggal di aparteman Law. Mulai saat itu pula, penyiksaan menjadi keseharian yang dijalani Erwiana. Setiap kesalahan Erwiana harus "dibayar" dengan pukulan memakai alat apa saja di dekat sang majikan.

Menghadapi perlakuan buruk, Erwiana sudah pernah menghubungi agennya. Bukan dibela, apalagi diurus atau dipulangkan ke Indonesia, agen itu meminta Erwiana kembali ke majikannya. Keluhan soal gaji yang disampaikan Erwiana pun tak ditanggapi agennya.

Tahu Erwiana berusaha kabur, perlakuan majikan makin menjadi-jadi. Misalnya, Erwiana hanya mendapat jatah air minum satu botol sehari. Alergi dingin yang diderita Erwiana tak sekali pun mendapatkan pengobatan, apalagi luka akibat penganiayaan majikan.

Tiba-tiba ada 9 Januari 2014, Law memulangkan Erwiana. Dia diantar ke Hong Kong International Airport berbekal selembar tiket pesawat Garuda Indonesia dengan rute sambung Jakarta - Solo.

Tak ada pesan lain dari Law selain ancaman untuk tak menceritakan apa yang Erwiana alami selama bekerja padanya. Bila pesannya dilanggar, Law mengancam akan membunuh orangtua Erwiana.

Di Bandara Hongkong tersebut, Erwiana bertemu dengan Rianti yang akhirnya menolong Erwiana pulang ke Ngawi. Dia juga yang membawa Erwiana ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas