Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Senjakala Kesenian Tayub Tuban

Nasib kesenian Tayub di Kabupaten Tuban, tak berbeda jauh dengan kesenian tradisional lain, hidup ngos-ngosan.

zoom-in Senjakala Kesenian Tayub Tuban
surya/adrianus adhi
Sekitar 60 wanita diwisuda menjadi waranggono di Pemandian air Bektiharjo, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Rabu (11/9/2013). 

"Tapi, kalau ini tak dijaga betul bisa jadi akan punah seperti kesenian lain," kata Haryadi.

Menurut Haryadi sudah ada dua kesenian yang punah di Tuban.

Pertama, adalah Gendak, yaitu seni yang menggabungkan tari, musik dan teater ini sudah tak ada lagi penerusnya.

Berikutnya adalah kentrung. Seni bernyanyi dengan tabuhan ketipung, gendang dan sitar ini sudah hilang.

"Padahal ini salah satu seni tradisional asli Tuban," lanjut Haryadi.

Kelompok kentrung di Tuban sendiri kini tinggal menyisakan Mbah Surati.

Dulunya kelompok ini berjumlah tiga orang, namun karena usia satu persatu anggotanya meninggal tanpa pewaris.

Berita Rekomendasi

Seni ini sudah di ujung tanduk. Usia Mbah Surati yang sudah menginjak 94 tahun juga tak meninggalkan penerus.

Saat Surya mengunjungi rumahnya beberapa waktu lalu, kondisinya sudah sangat memprihatinkan.

Ia tinggal sebatang kara di gubuk reotnya di Desa Bate, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban.

Gubuk ini ia beli dari hasil jerih payahnya ngentrung saat muda. (dri/idl/ab)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas