Kisah Perantara yang Sering Diminta Sediakan Cewek untuk Tamu Pejabat
Bila mendapat order dari pajabat untuk kepentingan ‘gratifikasi’, Deo pun ikut repot
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Wanita panggilan bukan hanya menjadi pemuas nafsu para pengguna jasanya.
Penelusuran Tribun Jateng (Tribunnews.com Network), mereka juga dijadikan hadiah untuk para kolega klien mereka. Tujuannya pun beragam, ada yang untuk memuluskan proyek hingga alat peredam kasus.
Deo (nama samaran), adalah satu di antara perantara yang kerap diminta menyediakan perempuan panggilan.
"Saya beberapa kali diminta menyediakan cewek untuk tamu pejabat. Baik untuk tamu dari kalangan internal maupun eksternal instansi. Biasanya yang paling sering terkait pemeriksaan (penggunaan) anggaran," ujar Deo kepada Tribun Jateng, Senin (3/2/2014).
Bila mendapat order dari pajabat untuk kepentingan ‘gratifikasi’, Deo pun ikut repot. Ia harus terlebih dahulu "mempresentasikan" wanita panggilan yang hendak disewanya di hadapan para tamu.
"Saya bolak-balik bawa cewek, namun kadangkala para tamu pejabat itu tidak cocok. Sehingga harus bawa lagi dan bisa jadi tidak cocok lagi," katanya. Untuk mensiasati agar tidak bolak-balik, Deo biasanya membawa tiga wanita panggilan sekaligus.
Di balik kerepotannya menyediakan pesanan pejabat, ada berkah yang bisa dikeruk Deo, berupa tarif mahal yang siap dibayar sang pejabat pemesan.
"Biasanya satu cewek Rp 2 juta untuk sekali kencan," tambahnya.
Lantas bagaimana kriteria wanita panggilan yang diinginkan para tamu pejabat tersebut? Umumnya, jelas Deo, mereka tidak mau "dijamu" wanita panggilan profesional. Sebagian besar meminta disediakan mahasiswi yang ‘nyambi’.
"Yang tidak profesional maksudnya yang tidak memiliki mucikari," tuturnya.
Lalu, setelah disuguhi cewek panggilan apakah pemeriksaan keuangan atau anggaran berjalan sesuai yang dikehendaki?
"Biasanya ada hasilnya. Hasil pemeriksaan biasanya semuanya beres. Kalau pun ada temuan, itu kecil-kecil saja," katanya.
Budaya “menghadiahi” perempuan kepada pejabat bukan hal baru. Beberapa waktu lalu, Indonesia sempat dihebohkan kelakuan anggota DPR RI Al Amin Nasution. Pada persidangan kasus suap alih fungsi hutan lindung Kabupaten Bintan, 7 Juli 2008 lalu terungkap, Al Amin minta disediakan wanita.
Keinginannya tersebut disampaikan kepada Sekda Bintan waktu itu, Azirwan. Dalam rekaman hasil sadapan pembicaraan telepon antara Al Amin dan Azirwan yang dibeberkan Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam sidang, Al Amin minta “dicarikan seperti yang semalam yang baju putih”.
Sebelumnya, Tribun Jateng melakukan penelusuran tentang keberadaan wanita panggilan papan atas di Kota Semarang. Mengejutkan, tidak begitu sulit mencarinya di Kota Atlas. Pengguna wanita panggilan pun beragam. Mulai dari kalangan orang-orang biasa hingga artis papan atas saat mereka singgah di Semarang.
Menurut keterangan karyawan hotel berbintang di Semarang, sebut saja Arnold, praktik prostitusi kelas atas berlangsung cukup rapi. Sehigga, siapapun tamu yang menggunakan jasanya, dijamin aman dan tidak terendus publik.
Biasanya, wanita panggilan yang disewa berlaku layaknya tamu hotel. Dia tidak pernah pernah masuk ke kamar bersama klien, dan tidak melapor ke resepsionis. Begitu membuka pintu, sang perempuan langsung menuju lift, untuk kemudian menuju kamar klien.
Padahal, untuk bisa mengakses lift hotel tempat Arnold bekerja, harus menggunakan kunci magnetic.
"Mereka sudah diberi kartu hotel oleh pemesannya," kata Arnold. (tribun jateng cetak/tim)