Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wardia 'Disambut' Jenazah Suaminya Saat Keluar Rumah Sakit

Setelah 15 hari dirawat di rumah sakit akibat penyakit stroke, Wardia rencananya akan pulang Selasa (11/2/2014).

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Wardia 'Disambut' Jenazah Suaminya Saat Keluar Rumah Sakit
Tribun Timur/Sanovra JR
Iskandar, kerabat almarhum Iptu Muhammad Daud menangis saat memperlihatkan foto jenazah saat berada di tempat kejadian perkara (TKP) di rumah sakit Bhayangkara, M, Selasa (11/2/2014). 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Uming

TRIBUNNEWS.COM, SUNGGUMINASA - Senin (10/2/2014), Iptu Muh Daud (54) berjanji akan menjemput istrinya, Wardia (46) keluar dari RS Bhayangkara Makassar.

Setelah 15 hari dirawat di rumah sakit akibat penyakit stroke, Wardia rencananya akan pulang Selasa (11/2/2014) pagi ke rumahnya di Jl Pallantikang III, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Gowa.

"Malam sebelumnya itu Daud (alm) telepon keluarga yang jaga istrinya di Bhayangkara, nanti dia jemput untuk pulang besok jam 10.00 Wita," ujar sepupu Daud yang tidak ingin namanya disebutkan saat ditemui di rumah duka, Selasa (11/2/2014) sore.

Namun enam jam sebelum menjemput istrinya, Iptu Daud justru ke RS Bhayangkara Makassar dalam kondisi sudah tak bernyawa. Dua peluru di dada kiri dan perut kanan mengantar jenazahnya menemui sang istri.

Anggota Intelkam Polda Sulsel ini tewas ditembak oleh orang yang tak dikenal, Selasa (11/2/2014) subuh pukul 05.45 Wita. Tepat di depan pagar rumahnya sebelum korban berangkat menuju masjid untuk menunaikan salat subuh. Korban tewas seketika dengan baju koko putih, sarung kotak-kotak dan peci di kepalanya.

Tetangga korban, Jafar yang saat itu bersama hendak ke masjid juga ikut kaget mendengar suara tembakan. Padahal Jafar baru lima langkah mendahului korban menuju masjid kearah barat. Namun saat berbalik, pelaku sudah lenyap.

BERITA TERKAIT

Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Endi Sutendi yang sempat ditemui Tribun Timur (Tribunnews.com Network) di TKP menjelaskan korban saat keluar pagar rumah melihat ada orang mencurigakan berdiri di samping gang rumahnya. Tepat di samping pagar tembok rumah korban ada lorong kecil yang mengarah ke belakang rumah korban.

"Korban kemudian mendatangi sosok tersebut, tapi belum beberapa langkah, korban lalu ditembak di dada dan perut," paparnya.

Informasi lain menyebutkan korban sempat menangkis usaha pelaku untuk menembak kedua kali, sehingga arah tembakan mengarah ke bagian perut.

Saat kejadian, korban hanya bersama seorang anaknya dan keluarganya di rumah. Anak kedua korban, Ana (21) mengaku sempat mendengar suara tembakan seperti petasan saat dia masih berbaring di kamar. Namun tidak mencurigai kalau tembakan tersebut menyebabkan nyawa sang ayah meninggal.

Perempuan berhijab inipun mengaku kaget setelah tahu yang ditembak adalah ayahnya. Sama halnya Ani (kembaran Ana), tubuh kecilnya yang ditutupi hijab hanya bisa lunglai berbaring di lantai ruang tengah kediamannya. Sementara teman-teman kuliahnya dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar hanya membantu memijat tangannya.

Istri korban, Wardia hanya bisa terbaring di tempat tidur sejak tiba dari RS Bhayangkara. Tubuhnya tidak bisa bergerak akibat penyakit stroke yang mendera. Ketika jenazah suaminya tiba di rumah duka, wanita berhijab itu juga hanya berbaring. Bahkan saat terakhir kalinya keranda suaminya dilepas dan dibawa ke masjid untuk disalatkan, Wardia hanya bisa berbaring.

Tribun Timur yang mencoba mewawancarai juga hanya bisa berdiam melihat kondisi Wardia. Dengan hijab coklat dipadukan sarung hijau, tubuhnya berbaring lemah di tempat tidur. Beberapa keluarga dan tetangga silih berganti datang menjenguk. Dua perempuan tampak siaga di sampingnya untuk sesekali mendengar suara desahan yang keluar dari mulutnya. Tak banyak berbicara. Matanya menerawang keatas tanpa sembab.

Usai disalatkan di Masjid Al-Hamra, tempat biasa almarhum memimpin salat, jenazah langsung dibawa ke kampung halamannya di Desa Gunung Perak, Kelurahan Manipi, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Sulsel. Jenazah turut diantar oleh ketiga anaknya, Wawan (23), Ana (21), dan Ari (17). Sedangkan Ani memilih untuk menemani ibunya di Gowa.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, Komisaris Besar Polisi Endy Sutendi mengatakan hasil dari identifikasi olah TKP direncanakan baru akan keluar setelah satu atau dua minggu. Sementara itu, tim intel Polres Gowa bersama intel Polda Sulsel masih berusaha melakukan penyidikan dengan memintai keterangan dari beberapa saksi.(won)

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas