Burung-burung di Perairan Benoa Kena Tumpahan Minyak
Aktivis pecinta burung Indonesia prihatin tercemarnya lingkungan perairan Pulau Benoa, Denpasar, Provinsi Bali
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Aktivis pecinta burung Indonesia prihatin tercemarnya lingkungan perairan Pulau Benoa, Denpasar, Provinsi Bali, oleh tumpahan minyak yang mengakibatkan sedikitnya 20 ekor burung yang migrasi di daerah tersebut ikut kena tumpahan residu minyak.
Pemandangan miris itu sempat diabadikan fotografer asal Bali Yuyun pada 28 Januari 2014. Moment itu kemudian mengundang hadirnya puluhan aktivis pecinta burung dari berbagai kota ke Pulau Benoa pada 4-10 Februari 2014.
Mereka itu, antara lain, Bagan Penandaan Burung di Indonesia (Indonesian Bird Banding Scheme), Cikabayan Birdbanding Club dari Bogor, Anak Burung Birdbanding Club dari Surabaya, Bali Birdbanding Club, dan staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali. Mereka berusaha menangkap, membersihkan burung yang terkena tumpahan residu minyak, kemudian dilepaskan kembali.
Tim berhasil menangkap 5 individu yang terdiri dari 1 individu Cerek besar Pluvialis squatarola, 2 individu Cerek-pasir besar Charadrius leschenaultii, 1 individu Cerek-pasir Mongolia Charadrius mongolus dan 1 individu Trinil ekor-kelabu Heteroscelus brevipes dengan kondisi 5 persen 30 persen dan 80 persen terkena tumpahan residu minyak.
“Sulit sekali kami menangkap burung-burung tersebut untuk membersihkan dari tumpahan minyak. Burung tersebut masih bisa terbang meski kondisinya ada yang 100 persen terkena tumpahan residu minyak sehingga sering berpindah tempat,” ujar Iwan Londo dari Anak Burung Birdbanding Club, Surabaya, melalui press rilis yang diterima Surya Online, Rabu (12/2/2014) petang .
Fathur Rohman, staf dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali mengungkapkan, burung yang terkena tumpahan minyak akan menjadi ancaman yang serius terhadap keberlangsungan hidup burung. Tubuh burung yang tertertutup minyak akan dibersihkan dengan cara ditelisik dengan paruh dan akibatnya bisa tertelan dan bisa menjadi racun dalam tubuh.
Minyak yang menempel pada bulu burung mengakibatkan burung kehilangan kemampuan untuk mengisolasi temperatur sekitar, sehingga menyebabkan hilangnya panas tubuh.
“Bila hal ini dibiarkan, burung bisa kehilangan nafsu makan. Kami dan pengamat burung di Bali akan tetap mamantau burung yang masih terkena atau yang sudah dibersihkan,” tutur Fathur.
Sebagai pengetahuan, setiap bulan September hingga November, Indonesia kedatangan “tamu” dari bumi belahan utara. Burung-burung yang tinggal di belahan utara bermigrasi menuju belahan selatan untuk bertahan hidup dengan mencari makan.
Mereka termasuk dalam jenis burung elang, seperti Sikep-madu Asia, Elang- alap Cina, Elang-alap Jepang, Elang kelabu, Baza hitam, dan alap-alap walet. Sedangkan jenis burung laut/pantai yaitu Cikalang Christmas, Cikalang besar, jenis Dara laut, jenis Berkik, jenis Cerek, jenis Trinil. Jenis burung kecil, seperti Sikatan bubik, Jalak cina, Layang-layang api, Kerakbasi besar.
Karena burung-burung tersebut datang dalam jumlah ribuan, mereka terkadang mencari makan dekat dengan pemukiman, seperti persawahan, pelabuhan, tambak yang tidak memiliki perlindungan hukum setara dengan cagar alam.
Tidak jarang dalam perjalanan burung-burung migrasi tersebut mengalami banyak ancaman, seperti cuaca buruk, hilang atau berkurangnya habitat sementara, perburuan bahkan polusi.
Pelabuhan Benoa yang terletak di Denpasar, Bali adalah salah satu lokasi makan dan istirahat burung pantai, seperti Cerek pasir Mongolia, Cerek-pasir besar, Cerek besar, Trinil ekor-kelabu, Trinil bedaran, Gajahan pengala, Gajahan timur.(Rudy Hartono)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.