Ternyata Pengungsi Korban Banjir Manado tak Diberi Makan
Pernyataan Wali Kota Manado GS Vicky Lumentut soal bantuan makan bagi korban banjir ternyata tak sesuai kenyataan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribun Manado, Fransiska Noel
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Pernyataan Wali Kota Manado GS Vicky Lumentut yang menyebut selama 90 hari masa transisi pascabanjir bandang di Manado seluruh pengungsi masih diberi bantuan makanan tiga kali sehari, ternyata tak sesuai kenyataan di lapangan.
Sejumlah pengungsi yang ditemui Tribun Manado, Minggu (23/2/2014), mengaku seusai masa tanggap darurat bencana mereka tak lagi menerima bantuan makanan, baik itu makanan siap saji maupun makanan instan seperti yang biasa mereka terima saat masa tanggap darurat bencana.
Demetrius Salangka, satu di antaranya. Pengungsi di Kelurahan Ternate Tanjung, Kecamatan Singkil, ini mengaku sudah dua pekan tak lagi menerima suplai makanan dari Pemko Manado.
"Kalau dihitung sudah dua mingguan tak ada lagi bantuan makanan," ujarnya.
Demetrius berkisah, saat banjir bandang menghancurkan atap dan menghanyutkan isi rumah yang ditinggalinya di kompleks SD Negeri 52 Ternate Tanjung, dirinya bersama sejumlah kepala keluarga yang rumahnya hanyut dan rusak parah terpaksa harus mengungsi ke lantai dua sekolah.
"Beberapa hari sesudah bencana kami masih rutin menerima bantuan makanan siap makan dua kali sehari yaitu siang dan malam. Kalau pagi biasanya dapat air panas untuk dibuatkan kopi atau teh. Selain itu dapat juga bantuan makanan kering dan instan seperti beras, mie instan, dan air mineral. Tapi sekarang sudah tidak dapat lagi," ungkapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan makan minum, dirinya bersama istri dan anak bungsunya, kata Demetrius, mengandalkan bantuan keluarga terdekat.
"Ada keluarga dari Bitung maupun Talaud yang bawa makanan siap makan dan kebutuhan pokok lain. Kami juga berhemat dengan mengonsumsi makanan instan yang kami simpan dari bantuan lalu, hanya makin menipis juga jumlahnya," tuturnya.
Untunglah Demetrius yang merupakan staf penjaga sekolah di SDN 52 Ternate Tanjung masih menerima gaji setiap bulan. Gaji itu ia bisa manfaatkan untuk menopang kehidupan keluarganya meski masih harus hidup di pengungsian sembari menanti rumah penjaga sekolah dibangun kembali.
"Bantuan sudah tak ada lagi, bahkan kami tak dapat informasi apapun dari pihak kelurahan," ujarnya.
Selain Demetrius ada delapan kepala keluarga di kelurahan ini yang masih mengungsi baik di SDN 52 Ternate Tanjung maupun menumpang di rumah warga.
"Posko bantuan dan dapur umum yang dibangun di masjid Daru Arcom juga sudah tak beroperasi lagi. Kami tak mendapat penjelasan mengapa, mungkin stok bantuan juga sudah habis," tuturnya.
Meski demikian, Demetrius berusaha untuk tak mengeluh. "Kalau soal makanan, ya sudahlah masih ada keluarga dekat yang bantu. Kami hanya berharap bantuan dari pemerintah dipercepat untuk membangun kembali rumah kami yang hancur dan rusak parah," harapnya.