Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nenek Korban Banjir Ini Tetap Bersyukur Meski Harus Mandi Pakai Air Bercampur Lumpur

Nenek yang tinggal sebatang kara ini tak mau menyusahkan tetangganya yang memakai air PAM. "Mereka kan harus bayar," katanya.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Nenek Korban Banjir Ini Tetap Bersyukur Meski Harus Mandi Pakai Air Bercampur Lumpur
TRIBUN MANADO/RIZKY ADRIANSYAH
BERSIHKAN SALURAN AIR - Dua orang pekerja membersihkan sampah dan lumpur bekas banjir yang menutupi saluran air di Jalan Walanda Maramis, Kanaka, Manado, Kamis (30/1/2014). Tingginya genangan air karena tersumbatnya got di jalan tersebut mengakibatkan kemacetan yang sangat panjang. 

Laporan Wartawan Tribun Manado, Alexander Pattyranie

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Minggu (23/2/2014) lalu Nace Moningka, warga Lingkungan 3 Sario Utara, Manado, kembali dari tempat pengungsiannya.

Sejak itu hingga Selasa (25/2/2014), nenek yang tinggal sebatang kara itu menggunakan air sumur bercampur lumpur untuk mencuci pakaian, bahkan untuk mandi.

"Semua tertutup lumpur, tapi sebagian sudah dibersihkan. Ya, mau berharap apa? Kepada siapa? Jadi apa yang semua Tuhan berikan saya tetap bersyukur," ujarnya saat ditemui Tribun Manado di kediamannya.

Rumahnya itu berada di dekat sungai. Pada lantai ruang tamu lumpur sudah mengeras sehingga menjadi lantai tanah. Seluruh aktivitas dilakukannya di situ.

Perempuan berusia 74 tahun itu menyebut, kamar tidur belum bisa digunakan karena belum dibersihkan. Untuk tidur, ia memasang tiga kursi panjang berbahan kayu yang didekatkan. Di atas kursi tersebut ia mengalaskan kasur tipis bantuan bencana beserta selimut.

Di halaman rumah tampak lumpur yang mengeras berbentuk bukit. Di atas bukit tersebut terdapat barang-barang Nace yang tidak bisa digunakan.

Berita Rekomendasi

"WC sudah hancur tapi masih bisa digunakan walau sebagian dindingnya terbuka," tuturnya.

Saat makan maupun tidur, ia mengaku sudah terbiasa, padahal tercium bau lumpur serta debu beterbangan.

"Mau bagaimana lagi?" ujarnya pasrah.

Untuk menuju ke bagian dapur harus merunduk. Lumpur yang mengeras sangat tinggi sehingga jarak atap ke tanah menjadi dekat.

Di samping dapur itu terdapat sumur yang sangat kotor. Dalam sumur kecil seukuran drum itu terlihat air yang keruh seperti air yang dicampur lumpur. Di dekat sumur ada batang pohon pisang yang belum dipindahkan.


"Saya berusaha sendiri membersihkan sumur ini," ujarnya sembari menunjukkan lumpur yang dikeluarkan.

Nace mengaku tetap menggunakan sumur tersebut karena malu jika harus mencuci pakaian di rumah orang.

"Kasihan, mereka kan harus bayar air sesuai pemakaian. Tapi kalau untuk minum saya minta air PAM di tetangga yang mengalir di pipa," ungkapnya.

Tak jauh dari rumah Oma Nace, Poppy Palilingan (42) mengeluhkan lumpur yang belum dibersihkan di halamannya.

"Bagian halaman rumah sudah bersih, tapi selalu masuk debu," keluhnya.

Saat ditemui Poppy sedang mencuci meja dapur berbahan kayu dari lumpur yang menempel. Air bersih mengalir kencang dari selang air yang ia gunakan.

Di halaman rumanya, tampak lumpur mengeras setinggi kurang lebih 30 sentimeter. Saat angin bertiup, debu naik. Kata Poppy, ia dan keluarga sudah betah. Untuk mengusir bau ia menggunakan pengharum ruangan.

"Soal makan tidak jadi masalah. Yang jadi masalah, kami semua di dalam rumah terserang flu, sering bersin-bersin akibat debu," tukasnya.

Ia mengaku kewalahan membersihkan rumah, karena setiap hari harus mengepel lantai membersihkan debu. Ia berharap, ada relawan yang datang membantu membersihkan lumpur di rumahnya.

Sumber: Tribun Manado
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas