Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Breaker Berkaki Satu Ini Memukau Undangan Syukuran Kompas Gramedia di Malang

Meski menyandang disabilitas, aksi breakdance Arief tak kalah ekstrim dari para breaker yang bertubuh sempurna

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Breaker Berkaki Satu Ini Memukau Undangan Syukuran Kompas Gramedia di Malang
Surya/David Yohannes
Arif Setyobudi (26), breaker penyandang disabilitas saat beraksi, Sabtu (1/3/2014). Aksinya memukau undangan Syukuran Kompas Gramedia 2014 di Malang. 

Laporan Wartawan Surya, David Yohanes

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Syukuran Kompas Gramedia 2014 (KG) Malang, Sabtu (1/3/2014)  dimeriahkan tiga komunitas di Kota Malang, salah satunya Komunitas Malang Breaker. Namun kehadiran seorang breaker (penari breakdance) dengan kondisi tubuh tak sempurna yang menjadi pusat perhatian.

Dialah Arif Setyobudi (26), seorang breaker asal Ngaglik, Kecamatan Sukun yang tidak mempunyai kaki kanan. Awalnya Arif memegang kamera dan memotret teman-temannya beraksi. Namun tiba-tiba Arif ikut melantai. Dibuka dengan footwalk (main kaki), Arif bergerak lincah dengan penyangga tubuh atau kruk.

Melihat aksi Arif , spontan keluarga besar KG bertepuk tangan meriah. Sejenak Arif menyerahkan kruk kepada seorang breaker di belakangnya. Arif kemudian meneruskan aksinya dengan down rock dan floor (gerakan di lantai). Undangan kian terpukau.

Tidak ada rasa minder di wajah Arif. Penuh percaya diri, Arif beberapa kali melakukan pause atau trick, dengan posisi akrobatik. Seperti berdiri dengan tangan, sementara posisi kaki melengkung ke samping. Bahkan trick yang dilakukan Arif tak kalah akrobatik dibanding breaker lainnya. Usai menari, Arif tersenyum puas.

“Kaki satu ini sudah kehendak Allah, dan saya bisa menerimanya. Saya tidak tertekan dengan kondisi ini,” ucap Arif dengan ramah.

Arif berkisah, dirinya belajar breakdance sejak tahun 2006 silam. Saat itu dirinya juga bekerja di sebuah pabrik mika di Krian, Sidoarjo. Namun tahun 2007 Arif mengalami kecelakaan kerja. Kaki tangannya masuk mesin dan harus diamputasi. Tak mau larut dengan kondisinya, Arif bangkit dan kembali menekuni breakdance.

Berita Rekomendasi

“Awalnya memang susah karena harus menyesuaikan dengan satu kaki. Tapi setelah berlatih terus akhirnya bisa juga,” tuturnya.

Kini dengan satu kaki, Arif merasa tak ada bedanya seperti kondisi tubuhnya masih utuh. Baginya, breakdance sudah menjadi bagian kesenangannya. Setiap Senin, Rabu dan Jumat Arif rutin datang ke GOR Pertamina Universitas Brawijaya, untuk bertemu dengan para pecinta breakdance di Kota Malang.

“Dulu waktu saya masih normal begitu ingin belajar breakdance. Sekarang keinginan saya tidak pernah padam untuk terus menari,” katanya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas