Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tak Berminat "Nyapres", Risma Ingin Menjadi Guru SD

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengaku tidak tertarik untuk mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden pada Pemilu 2014 nanti.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Tak Berminat
ANTARA FOTO/ISMAR PATRIZKI
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini memberikan keterangan pers seusai menggelar pertemuan dengan Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (20/2/2014). Pertemuan antara Priyo dan Risma antara lain untuk mengklarifikasi proses pemilihan Wakil Wali Kota Surabaya yang dinilai tidak sesuai prosedur, sehingga memunculkan wacana rencana mundurnya Tri Rismaharini dari jabatannya. ANTARA FOTO/Ismar Patrizki 

TRIBUNNEWS.COM SURABAYA,  - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengaku tidak tertarik untuk mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden pada Pemilu 2014 nanti.

Dia akan menuntaskan masa jabatannya hingga tahun depan. Setelah itu, dia memilih untuk mengajar. "Mengajar di mana saja, SD, SMP, SMA, atau perguruan tinggi, tapi saya kayaknya lebih ingin mengajar di SD," kata wali kota yang diusung PDI-P ini saat berbincang santai di ruang kerjanya, Jumat (7/3/2014) siang.

Kenapa ingin mengajar di sekolah SD? Karena bagi Risma, jenjang SD adalah masa yang paling tepat menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada pelajar. Penanaman nilai moral dan agama itu, kata Risma, sangat penting agar manusia tidak hanya pintar, tetapi juga bermoral.

Menjadi guru, bagi Risma bukan berarti tidak berbuat bagi bangsa dan negaranya. "Untuk berbuat baik, itu tidak harus menjadi pemimpin, jadi apa saja itu bisa berbuat baik, termasuk jadi guru," kata Insinyur lulusan Arsitektur dan Pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini.

Risma mengaku miris melihat fakta banyaknya anak-anak seusia SD yang tidak beruntung, sehingga tidak dapat bersekolah seperti teman-teman sebayanya. Banyak faktor yang melatarbelakangi seperti ekonomi, sosial, lingkungan dan sebagainya.

Karena itu, di bawah kepemimpinannya, realitas sosial di Surabaya semacam itu sedikit demi sedikit akan dikurangi dengan berbagai program seperti sekolah gratis, pemberdayaan ekonomi masyarakat dan penutupan kompleks lokalisasi yang dinilai sebagai akar masalah sosial yang menyebabkan banyaknya anak terlantar akibat keluarga yang tidak harmonis.

Berita Rekomendasi
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas