Masih Ada Ikan Berformalin di Samarinda
Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Samarinda mengakui masih beredar ikan berformalin di Samarinda
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM SAMARINDA, - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Samarinda mengakui masih beredar ikan berformalin di Samarinda. Demikian disampaikan Kepala Disnakan Samarinda, Syamsul Bahri, usai meresmikan cold storage (gudang pendingin atau penyimpan ikan) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Selili, Selasa (18/3/2014). Sejauh ini kata Syamsul, temuan formalin hanya didapati pada ikan tongkol.
Pihaknya kata Samsul, masih menelusuri siapa sebenarnya pelaku yang dengan sengaja memakai formalin. Karena menurut Syamsul, alur dan waktu ikan dari mulai ditangkap hingga sampai ke konsumen cukup panjang. Dan tentunya, ada banyak pihak yang terlibat dari awal hingga sampai ke konsumen. Mulai dari penangkap ikan sampai ke pedagang tradisional terakhir berpeluang menggunakan formalin. Sekedar diketahui kata Syamsul, dari mulai ikan ditangkap hingga sampai di PPI Selili dibutuhkan waktu sekitar 2 minggu.
"Kita akan cari tahu, apakah dari laut sana. Karena berhari - hari. Bisa saja mereka menggunakan formalin. Atau juga disini (PPI Selili) atau juga di pasar," kata Syamsul.
"Kita masih menelusuri, dan kita harapkan kepada pelaku usaha disini agar mereka tidak menggunakan itu (formalin). Kita harapkan mereka tidak menggunakan itu karena bahayanya formalin itu," tambahnya.
Sedangkan di pusat perbelanjaan modren, temuan kata Syamsul sudah sangat minim karena beberapa pusat perbelanjaan sudah melakukan sendiri test ikan yang akan dipasarkan. Pihaknya kata Syamsul, berharap pelaku usaha mengindahkan sosialisasi yang sudah dilakukan. Karena kedepannya, bukan tidak mungkin semua penjual tidak akan menerima ikan berformalin. Otomatis, pelaku usaha curang yang akan dirugikan karena tidak ada tempat mendistribusikan dagangannya.
Dengan adanya cold storage ini, juga diharapkan dapat meminimalisir adanya temuan formalin tersebut. Sehingga penggunaan formalin yang juga salah satunya berfungsi mengawetkan makanan juga tidak lagi menjadi pilihan. Agar tetap membantu dan menjaga harga jual, harga penyimpanan cold storage PPI Selili akan lebih murah dari yang sudah ada di berbagai tempat. Untuk pembekuan ikan, sold storage ini dapat menampung sebanyak 3 ton dan untuk pendinginan ikan sebanyak 40 ton.
"Kalau di luar biayanya mencapai Rp 2.000 per kilogram ikannya. Sedang di cold storage kita Rp 1.600 kilogram untuk 15 hari pertama, 15 hari selanjutnya Rp 800 per kilogram," katanya.
Sementara itu, Walikota Samarinda Syaharie Jaang mengatakan, upaya mensejahterakan sektor rill terus dilakukan dari berbagai sisi, termasuk bagi pelaku usaha perikanan di kota Samarinda.
"Cold storage ini dibangun sebagai upaya mempertahankan mutu dan kualitas ikan agar tetap layak dikonsumsi. Jika ikan melimpah di PPI, tidak perlu ikan dijual murah karena takut rusak sebab tidak ada penyimpanan. Jadi sekarang bisa disimpan disini dan mutu terjamin, apalagi tarif penyimpanan di sini lebih murah dibandingkan di luar," kata Jaang.