Sejumlah Bupati , Rektor, dan Ulama NU Dijamu Jusuf Kalla
Jamuan makan malam di kediaman Jusuf Kalla dihadiri sejumlah bupati, rektor, ulama, pengusaha, dan aktivis.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM. MAKASSAR - Jamuan makan malam di kediaman Jusuf Kalla, Jl Haji Bau, Makassar, Kamis (29/5/2014), dihadiri sejumlah bupati, rektor, ulama, pengusaha, dan aktivis.Paratamu disambut JK.
"19 bupati menyampaikan salam hormat dan menyampaikan kesiapan untuk mendukung Jokowi-JK," kata Ketua Tim Pemangan Jokowi-JK, Syamsu Bahri Sirajuddin, membuka jamuan makan malam tersebut. Selain polisi, pertemuan juga dikawal Barisan Serba Guna (Banser) GP Ansor Sulsel.
Dg Ancu, sapaan Syamsul Bahri, lalu menyilakan Bupati Jeneponto Ihsan Iskandar menyampaikan pandangan. "Saya tak perlu banyak bercerita tapi Bapak bisa saksikan dan saat ini kita butuh kepemimpinan seperti Pak JK," ujar Ihsan.
Bupati Bone Andi Fashar Padjalangi, yang juga Ketua Golkar Bone, juga hadir bersama wakilnya Ambo Dalle. Hadir juga Ketua Dewan Syuro At Tarikatul Muktabarah An Nahdliyyah yang juga putra pendiri Nahdlatul Ulama Sulsel, Syekh Habib A Rahim Assegaf Puang Makka. Putra pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel KH Djamaluddin Assegaf Puang Ramma ini didaulat memimpin doa. (Lihat, Mereka Hadir)
Menurut Daeng Ancu, kepala-kepala desa di Papua dan Papua Barat bersedia dipertemukan dan mendukung JK.
Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sulsel, Willianto Tanta, mengaku sangat terharu ketika JK dipilih Jokowi sebagai wakilnya.
"Semoga Tuhan mengabulkan keinginan kita untuk memenangkan JK jadi cawapres lagi, mudah-mudahan JK kembali ke Istana Wakil Presiden," ujarnya.
Rektor UNM, Prof Arismunandar, mengaku mendukung JK karena senior dan sangat membantu pembangunan Gedung Phinisi Universitas Negeri Makassar (UNM).
"Saya siap mendukung dan tentu ini adalah hubungan senioritas, JK juga berkontribusi mengenai pembangunan Gedung Phinisi UNM, bahkan beliau yang menghitungkan, saya tak bisa mengajak orang lain tapi beliau selalu mensupport UNM," jelas Arismunandar.
Peluncuran Buku
Pertemuan dibarengi peluncuran buku Rekam Jejak JK yang. Setelah berdiskusi dengan akademisi dan tokoh masyarakat, JK menceritakan masa-masa menjadi menteri dan wakil presiden.
"Waktu saya jadi menteri perdagangan, saya cuman sebentar karena dipecat. Kenapa? Karena ada barang yang disuruh tanda tangani tapi barangnya tidak, saya bertahan dan akhirnya dipecat," jelas JK.
JK mengaku tak mau melanggar peraturan dengan menandatangani barang yang tak ada.
"Namun enam bulan kemudian, ketika lari pagi, Bu Mega menelpon dan menawarkan untuk jadi menko, saya langsung terima karena permintaan langsung presiden," katanya.
JK juga menceritakan pengalaman menangani darurat militer di Aceh. "Ketika mulai perdamaian maka saya bilang ke Hamid untuk tak pakai senjata, dan akhirnya berhasil, Hamid bilang ini tak sesuai teori, saya bilang kita bikin teori baru," katanya.
JK pun mengungkapkan kepandaian menyelesaikan masalah karena memang selalu banyak membaca.
"Ibarat air, kita banyak bicara perlu juga banyak bahan, kita jangan mengambil buku tapi menjadikannya referensi dan membuat keyakinan baru," ujarnya.
JK pun berulang kali mengatakan dirinya bukanlah politisi sejati tapi seorang profesional.
"Tapi seorang profesional juga tahu cara berpolitik, dan ini perlu tekad dan kejujuran," kata JK.(cr8)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.