Aksi Intimidasi Merebak Jelang Penutupan Lokalisasi Dolly
"Bentuk intimidasinya berupa tekanan psikis hingga mengarah pada intimidasi fisik," kata Ketua Muhammadiyah Surabaya, Zayin Chudlori
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Tujuh hari menjelang penutupan lokalisasi pelacuran Dolly di Surabaya diwarnai aksi intimidasi.
Intimidasi terjadi terhadap pekerja dan kelompok yang pro penutupan Dolly.
Intimidasi terjadi terutama pada kelompok Pekerja Seks Komersial (PSK) dan mucikari binaan lembaga swasta dan Pemkot Surabaya yang disiapkan khusus untuk dientaskan pada 18 Juni mendatang.
"Bentuk intimidasinya berupa tekanan psikis hingga mengarah pada intimidasi fisik," kata Ketua Muhammadiyah Surabaya, Zayin Chudlori, Rabu (11/6/2014).
Ormas Islam yang dipimpinnya beberapa waktu terakhir memang memiliki kelompok PSK dan mucikari binaan di Dolly.
Mereka disiapkan untuk keluar dari lokalisasi, dan dibina menjadi kelompok dengan ekonomi produktif untuk hidup yang lebih baik.
Aksi intimidasi itu sempat terjadi akhir pekan lalu, saat lembaganya akan memberikan bantuan uang tunai dan peralatan usaha pada beberapa PSK dan Mucikari.
"PSK dan Mucikari binaan kami sempat diancam agar tidak mendatangi acara penyerahan, sehingga terpaksa kami lakukan secara sembunyi-sembunyi," ujar Zayin.
Atas aksi intimidasi itu, Zayin mengaku sudah melaporkan ke polisi, agar segera diselidiki dan diambil tindakan. Sebab, menurut dia, aksi itu sudah menjurus kriminal dan melanggar hukum.
Pemerintah Kota Surabaya merencanakan menutup lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara itu tujuh hari ke depan atau pada 18 Juni sebelum memasuki bulan puasa.
Setiap bulan puasa, lokalisasi Dolly ditutup total, dan diharapkan usai lebaran tidak ada lagi PSK dan mucikari yang beroperasi di sana.