Awas, Beredar Daging Sapi Tiren Dijual di Tabanan dan Badung Bali
Kalau benar ada daging tiren beredar, ini sangat merugikan para konsumen dan tentunya tidak baik untuk kesehatan
TRIBUNNEWS.COM,DENPASAR - Masyarakat harus lebih teliti saat membeli daging di pasar tradisional.
Ini menyusul temuan beredarnya daging sapi mati kemarin (tiren) di sejumlah pasar tradisonal di kawasan Badung dan Tabanan, Denpasar, Bali.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadis Disperindag) Provinsi Bali, Ni Wayan Kusumawathi, pun berharap masyarakat lebih teliti saat membeli daging, agar tidak merugikan terutama dari sisi kesehatan.
“Kalau benar ada daging tiren beredar, ini sangat merugikan para konsumen dan tentunya tidak baik untuk kesehatan. Kita akan segera cek di lapangan dan buktikan apakah ada beredar di pasaran,” ungkapnya kepada Tribun Bali, Selasa (10/6).
Senada dengan Kadis Disperindag Kabupaten Badung, I Ketut Karpiana.
Ia pun menghimbau kepada masyarakat untuk lebih hati-hati dalam memilih daging yang mereka konsumsi.
”Kebetulan ini kan menjelang puasa, biasanya dalam hari-hari seperti ini ada peningkatan konsumsi daging. Nah di sinilah titik permasalahannya, karena permintaan banyak maka penjual pun terkadang ada yang nakal. Selain itu di masyarakat juga kurang berhati-hati, biasanya mereka tergiur dengan harga yang murah. Jadi, tanpa mempedulikan kualitas barang dan beserta tawaran harga yang murah, masyarakat tergiur dengan daging tersebut,” ungkapnya.
Seperti penelusuran Tribun Bali, sejumlah pasar tradisional secara diam-diam banyak menjual daging tiren.
Lewat informasi seorang petani yang pernah menjual sapinya dalam keadaan mati, dikatakan, biasanya sapi yang telah mati karena sakit atau akibat tertabrak kendaraan langsung dibeli oleh penjagal.
Namun harganya separuh dari harga hidup sapi.
“Kalau sudah dalam keadaan mati harganya 50 persen dari harga hidup dan itu pun tergantung dari kondisi sapi. Umpama harga sapi Rp 10 juta, harga yang kasih ke kita sebagai pemilik sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta,” ujar pria bernisial PK ini.
Berbeda dengan sapi mati karena tertabrak, sapi tiren karena sakit harganya lebih murah.
Menurut PK, perbedaan harga tersebut karena daging sapi sakit, dagingnya sudah berubah warna dari merah menjadi merah kehitaman dan dagingnya sudah tak segar serta berbau anyir.
Sapi mati yang telah dimutilasi akan dipasarkan ke sejumlah pasar di kawasan Badung dan Tabanan. Dan harga jualnya pun ditawarkan sama dengan harga normal yang berlaku di pasaran.
Menurut Kusumawathi, pihaknya akan serius menindaklanjuti temuan ini.
Ia pun berjanji akan segera turun tangan melakukan sidak.
"Pasti kita lakukan sidak, kalau sudah ada informasi seperti ini, segera kita akan melakukan ke lapangan bersama dengan tim terpadu,” ucapnya.
Ia mengatakan, tidak boleh ada daging sapi tiren beredar di pasar, seandainya ditemukan para pelaku entah penjual atau distributor akan segara ditindak sesuai dengan ketentuan hukum.
”Kami melakukan pengawasan barang yang beredar di pasaran. Kalau dari sisi dagang tidak boleh daging tiren beredar. Semua barang seperti daging yang beredar harus dilampirkan surat keterangan sehat,” jelasnya.
Kusumawathi mengaku Disperindag hampir setiap hari melakukan pengawasan terhadap barang yang beredar di pasaran, namun belum mendengar adanya laporan beredarnya daging tiren.
“Kami di Disperindag setiap hari melakukan pengawasan karena kami punya petugas yang berkeliling untuk memantau harga pasar. Dari petugas belum ada laporan masuk tentang beredarnya informasi ini,” ujarnya.(Tribun Bali Cetak)