PSK Dolly Lawan Penutupan Lewat Teater
Protes menolak penutupan Lokalisasi Dolly dilakukan dengan berbagai cara, dari unjuk rasa, hingga menulis surat kepada Presiden SBY
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Protes menolak penutupan Lokalisasi Dolly dilakukan dengan berbagai cara, dari unjuk rasa, hingga menulis surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sabtu (14/6/2014) sore sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) mengapresiasikan protes dalam pentas teater berjudul "Dolly Riwayatmu Kini".
Pentas mengambil seting lokasi di sebuah wisma di komplek lokalisasi Dolly sebagai gambaran dialog PSK saat bekerja, serta di lantai dua wisma yang desain sebagai balaikota Surabaya, sebagai gambaran aktifitas pemerintah pembuat kebijakan penutupan Dolly.
Para pemain teater teater yang menceritakan kemelut pro dan kontra atas kebijakan Pemkot Surabaya itu, terdiri dari kalangan PSK, warga, PKL lokalisasi, serta pelayan wisma di lokalisasi tersebut.
"Jadi seakan-akan fenomena ini murni, hanya saja dibingkai dalam pentas teater," kata Ketua Front Pekerja Lokalisasi Dolly, Saputra.
Dengan dibingkai pertunjukan teater, dia berharap, pesan yang disampaikan kepada masyarakat bisa lebih utuh.
"Bahasa perlawanan melalui wadah kesenian juga menjadi bentuk upaya menyampaikan aspirasi para PSK dan pekerja lokalisasi denga cara lebih santun dan terhormat," jelasnya.
Seperti diberitakan, sebagian besar pekerja Dolly dari kalangan PSK, mucikari, pemilik wisma dan pengusaha kecil yang kesehariannya memanfaatkan geliat lokalisasi membentuk elemen Front Pekerja Lokalisasi dalam perlawanannya menolak kebijakan penutupan Dolly.
Mereka berjanji tidak akan menerima kompensasi dalam bentuk apapun dari Pemkot Surabaya atas penutupan lokalisasi yang konon terbesar se-Asia Tenggara itu.