Lokalisasi Sunan Kuning Semarang Tolak PSK dari Dolly
Komplek lokasilasi terbesar di Jawa Tengah, Sunan Kuning (SK) di Semarang, menolak pekerja seks komersial (PSK) yang berasal dari lokalisasi Dolly
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, A Prianggoro
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Komplek lokasilasi terbesar di Jawa Tengah, Sunan Kuning (SK) di Semarang, menolak pekerja seks komersial (PSK) yang berasal dari lokalisasi Dolly Surabaya.
Lokalisasi SK yang bernama resmi Komplek Resosialisasi (Resos) Argorejo ini pun kini sedang mewaspadai kemungkinan masuknya para PSK dari Dolly.
"Kami tegas menolak warga (PSK- Red) Dolli. Alasannya, di sini (Argorejo- Red) itu tempat pembinaan, bukan penampungan. Jadi tentu saja target saya penghuni di sini berkurang," kata Ketua Resos Argorejo, Suwandi, kepada Tribun Jateng, Rabu (18/06/2014).
Suwandi mencontohkan, meski nantinya PSK yang akan masuk ke Argorejo berasal dari wilayah Jawa Tengah namun pernah bekerja di Dolly, pihaknya tetap tidak memperbolehkan. Lalu bagaimana cara mendeteksi PSK itu dari Dollly?
"Sebelum masuk ke Argorejo, saya akan melakukan wawancara kepada PSK. Nanti dari wawancara itu biasanya bisa terllihat darimana asal-usulnya. Kami juga akan mencari informasi dari luar tentang asal usul atau latarbelakang PSK yang akan masuk wilayah Argorejo," ujarnya.
Menurut Suwandi, jumlah PSK di Argorejo saat ini sebanyak 540 orang. Sedangkan jumlah wismanya sekitar 158 unit.
"Kalau diamsusikan jumlah penghuni per wisma 3-4 orang, maka sekarang ini jumlah PSK di Argorejo kebanyakan. Sekitar dua bulan lalu jumlah PSK-nya di sini mencapai 720 orang kemudian sekitar 200 orang kami pulangkan karena tidak bersedia menaati peraturan atau tidak mau dibina," kata Suwandi.
Dia menjelaskan, PSK yang menghuni di Argorejo diwajibkan menaati sejumlah peraturan. Di antaranya screening vagina dan pemeriksaan rutin HIV. PSK juga diwajibkan mengikuti sejumlah kegiatan sosialiasi.
"Bulan lalu kami memulangkan dua PSK karena kedapatan terindikasi HIV," terangnya.