Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mojokerto Tempat Eksodus Dolly

Mojokerto akan menjadi salah satu tempat eksodus para pekerja seks komersil (PSK), paska ditutupnya lokalisasi Dolly di Surabaya.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Mojokerto Tempat Eksodus Dolly
Surya/AHMAD ZAIMUL HAQ
Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri (empat kanan), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (tiga kanan), Gubernur Jatim Soekarwo (lima kanan) dan Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf (enam kanan) usai penandatanganan deklarasi penutupan lokalisasi Jarak-Dolly di Islamic Center, Jl Raya Dukuh Kupang, Surabaya, Rabu (18/6/2014). Dalam deklarasi tersebut sekitar 100 lebih warga terdampak penutupan lokalisasi dolly - Jarak, Putat Jaya membacakan deklarasi penutupan dan menerima bantuan usaha dari Kementrian Sosial. (SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ) 

TRIBUNNEWS.COM, MOJOJERTO - Mojokerto akan menjadi salah satu tempat eksodus para pekerja seks komersil (PSK), paska ditutupnya lokalisasi Dolly di Surabaya.

Sesuai data Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto, ada 16 PSK asal Mojokerto yang bekerja di Dolly.

Mereka terdata berasal dari Kecamatan Mojoanyar, Dawarblandong, Sooko, Puri, Pacet dan Kecamatan Trowulan.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto Hariyono menyatakan, mereka ini akan ikut dipulangkan ke Mojokerto namun pihaknya belum tahu jadwal kepulangannya.

Hariyono mengaku masih nenunggu koordinasi dengan Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim, apakah mereka dijemput atau pulang sendiri.

Tetapi jika pulang, Mojokerto siap memberi pelatihan dan keterampilan sebelum hidup normal bersama masyarakat.

Salah satu tempat yang diperkirakan menjadi tempat eksodus PSK, adalah di lingkungan Balong Cangkring (BC) Kelurahan Mentikan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.

Di tempat ini, terdapat 42 wisma. Namun lokalisasi yang resmi di bawah sebuah yayasan ini, kini tinggal menyisakan 14 wisma yang beroperasi. Dari 14 wisma ini, yang masing-masing dihuni dua orang.

Penghuni BC berasal dari Lumajang, Jember, Malang, Tulungagung, Kediri, dan daerah lain. Penghuninya saat ini adalah wajah lama.

"Kalau penghuni baru, mereka harus harus sepengetahuan dari Yayasan Mojopahit selaku yang menaungi BC," kata Bambang, salah satu pengurus Yayasan Mojopahit.

BERITA REKOMENDASI
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas