Harga Naik, Tetap Berebut Daging Berkualitas Tinggi
Sensus pertanian 2013 itu dilakukan atas permintaan Dirjen Kementan dan secara nasional. Dananya juga dari mereka. Perlu dicatat, hasil sensus itu
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Untuk 2014 ini, Kepala BPS Jatim, M Sairi Hasbullah menyatakan, lembaganya belum mengantongi data populasi sapi yang terbaru.
“Sensus pertanian 2013 itu dilakukan atas permintaan Dirjen Kementan dan secara nasional. Dananya juga dari mereka. Perlu dicatat, hasil sensus itu bukan untuk menyenangkan pihak-pihak tertentu, tetapi sesuai kenyataan di lapangan. Jadi, angka populasi sapi di Jawa Timur berkurang, fakta berdasarkan sensus di lapangan memang seperti itu,” papar M Sairi di Surabaya, Selasa (15/7/2014).
Saat ini memang pengelola hotel dan restoran memang masih bisa memenuhi kebutuhan daging berkualitas, meski harus dengan berbagai siasat, diantaranya dengan menggunakan vendor atau suplayer lebih dari satu.
“Mereka masih bisa rutin mengirimkan daging sapi. Tapi, ketika sewaktu-waktu harga melonjak, tetap saja kami tidak bisa menolak. Berapapun harganya akan diambil. Yang penting stok ada setiap hari. Kualitas itu benar-benar kami seleksi,” tutur M Soleh, Ketua PHRI Jatim, yang juga General Manager Hotel Bisanta Bidakara itu.
Rebutan daging berkualitas tinggi tidak hanya terjadi antarpengusaha hotel dan restoran.
Perusahaan katering yang terus tumbuh menjamur ikut menambah ketat rebutan.
Fatimah, penanggungjawab pembelanjaan (purchasing) di industri katering Puta 14 di Surabaya berharap agar ketersediaan dan harga daging sapi, khususnya daging sapi lokal, tetap aman dan terjangkau.
Selama ini, industri katering yang berlokasi di Jl Pucang Taman, Surabaya itu memang hanya memilih daging sapi lokal untuk menghasilkan produk-produknya.
Dalam sehari, perusahaan katering itu memerlukan tak kurang dari 10 kilogram daging sapi segar untuk memasak menu-menu makanan permintaan konsumen.
Daging sapi, harus selalu dijamin ketersediaannya di perusahaan katering itu.
Karenanya agar tetap mendapat bagian saat stok daging sapi di pasar menipis, manajemen Puta 14 menggandeng lima pemasok sekaligus.
Dengan siasat itu, sejauh ini perusahaan itu belum pernah sekalipun kehabisan stok.
Kalaupun suatu saat nanti stok daging sapi lokal menipis, mereka enggan menggantinya dengan daging sapi impor.
“Tetapi, masalahnya harga daging sapi itu naik terus dan tidak pernah turun. Padahal, kami juga tidak berani mengganti dengan daging sapi impor,” kata Fatimah.
Untuk diolah menjadi masakan, daging sapi impor dan daging sapi lokal memang memiliki perbedaan yang sangat mencolok.
Menurut Fatimah, untuk urusan rasa, daging lokal jauh lebih baik. Selain itu, bobot daging sapi impor yang dijual di pasaran juga tidak menggambarkan bobot sebenarnya.
“Kalau daging impor itu rasanya lengur (langu). Apalagi itu kan memang disimpan dalam freezer sampai lama sehingga tidak segar lagi. Karena di-freezer lama, penambahan kandungan air menyebabkan bobot daging bertambah juga. Tetapi, ketika sudah dimasak, bobotnya jadi menyusut,” jelasnya. (ben/idl)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.