Pembeli Dari Luar Jatim Berani Tawar Harga Tinggi
“Di Jakarta harga daging sapi jantan memang tinggi. Tapi orang di sana kan masih mampu beli,” katanya.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sapi-sapi itu tertata rapi. Setiap sapi diikat di pagar besi. Menurut Sahrul, para pembeli dari Jatim berani berani membayar lebih ketimbang harga para pembeli lokal.
Selisih harga per ekor minimal Rp 500.000.
Bahkan, saat mendekati Idul Adha, selisihnya bisa mencapai Rp 1,5 juta. Angka itu jelas sangat tinggi bagi pejagal lokal.
Selain sapi jantan siap potong, mereka juga membeli sapi bakalan yang usianya di bawah satu tahun. Harga sapi bakalan ini juga dipatok tinggi, Rp 6 juta per ekor.
Blantik memasang harga tinggi karena ada pembeli dari Jabar dan Jakarta yang berani membeli mahal.
Menurut Sahrul, para pembeli ini bukan jagal, tetapi pengepul yang menyalurkan sapi-sapi dari Jatim ke perusahaan penggemukan dan pejagal di daerahnya. Rata-rata sapi itu berkelamin jantan.
“Di Jakarta harga daging sapi jantan memang tinggi. Tapi orang di sana kan masih mampu beli,” katanya.
Sahrul lalu memperkenalkan Surya dengan anak buahnya yang kemudian memandu Surya melihat pangkalan armada truk yang biasa mengangkut sapi ke luar Jatim.
Di pangkalan berjejer truk. Pelat nomornya menunjukkan truk-truk itu dari provinsi lain seperti Jabar dan Jateng.
Truk-truk itu dilengkapi juga dengan tenda kotak berukuruan 2x2 meter yang menjadi tempat berteduh pengawal selama perjalanan.
Ratusan sapi dinaikkan ke truk sekitar pukul 18.30 sampai 19.30 malam.
Rata-rata, setiap bukaan pasar ternak di Maron, ada sekitar 200-an sapi yang diangkut keluar Jatim. Angka itu belum termasuk dari Pasar Ternak Wonoasih.
Pasar Wonoasih buka bersamaan dengan Maron, yakni Sabtu. Di beberapa daerah, pasar ternak juga buka bergantian mulai dari Senin sampai Minggu.
Pasar ini tersebar mulai dari Lumajang, Bondowoso, Bojonegoro, Tuban, Bangkalan, Sampang, Pamekasan sampai Sumenep.
Sebenarnya, kata Sahrul, sejak awal 2014 pengiriman sapi ke luar Jatim sedikit menurun.
Penurunan ini bukan karena pengetatan oleh Pemprov Jatim, tetapi karena permintaan jagal Jakarta berhenti setelah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menjalin kerja sama dengan NTT sebagai penyuplai sapi. (ben/idl/uji)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.