Keluarga Ketut Wiartini Masih Syok
Seorang korban lain yang menjadi korban MH 17 Malaysia Airlines adalah Ketut Wiartini (27) warga Banjar Dinas Tukad Ampel,Kubutambahan, Buleleng
Editor: Sugiyarto
Laporan wartawan Tribun Bali, Lugas Wicaksono
TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Seorang korban lain yang menjadi korban MH 17 Malaysia Airlines adalah Ketut Wiartini (27) warga Banjar Dinas Tukad Ampel, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Wiartini adalah seorang janda yang diakruniai seorang anak Gita Trian Welianda Putu Wiegle (13) hasil pernikahannya dengan Arjen Wiegle.
Setelah menikah dengan Wiegle, ia kemudian menetap di Belanda sejak 14 tahun lalu. Selepas berpisah dengan Wiegle, Wiartini hidup mandiri dengan bekerja di sebuah restoran cepat saji di Belanda.
Wiartini merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara pasangan Nengah Ambek (alm) dan Luh Sukrini (74). Di rumahnya setiap hari Sukrini menjalani kesehariaannya dengan sendiri. Ketujuh anaknya semuanya telah bekerja.
Hanya ketiga anaknya, Made Wiarsa (37) anak kedua, Nengah Wikornya (28) anak ketiga dan Ketut Wikariyasa (26) yang sehari-hari membantu memenuhi kebutuhan Sukrini.
Ketiga anaknya itu memang rumahnya tidak berjauhan dengan rumah ibunya itu. Ketiganya bekerja sebagai kuli bangunan dan sehari rata-rata mendapatkan Rp 80 ribu. Sementara Sukrini hanya beternak babi di rumahnya.
Saat ini keluarga Wiartini masih shock dan sama sekali tidak bisa dimintai keterangan. Keluarga mempercayakan Markus Lunggu Manu (46) seorang Babinsa yang telah akrab dengan keluarga itu sebagai juru bicara keluarga.
Menurut Markus, saat itu Wikariyasa, adik Wiartini mendapatkan pesan facebook dari teman Wiartini di Belanda pada Jumat (18/7) pagi. Teman itu meminta adik Wiartini itu mengecek tentang kondisi kakaknya itu.
Sebab, teman itu sempat mendapat kabar. jika Wiartini termasuk salah satu penumpang MH 17 Malaysia Airlines.
Saat ini, keluarga korban masih dalam suasana berkabung. Tidak ada upacara yang dilaksanakan. Keluarga baru akan melakukan upacara setelah jasad Wiartini dikirimkan ke rumahnya itu.
"Saat ini kita masih belum melakukan upacara yang serius. Kita berdoa saja sambil tunggu jasadnya dikirim. Baru setelah itu kita adakan upacara," ucap Markus.
Markus menambahkan, tim dari Polda Bali telah mendatangi rumah korban untuk melihat foto-foto korban semasa hidup dan melihat kondisi keluarga. "Mereka melihat tekstur bibir, mulut, hidung, wajah dan bagian tubuh lain di foto untuk dicocokkan," ujarnya.
Selain itu, salah satu keluarga korban juga berencana akan diminta pergi ke Malaysia untuk menjalani tes DNA oleh pihak maskapi Malaysia Airlines.
Nengah Wikornya siap untuk memenuhi panggilan itu. Namun, ia belum dapat memastikan kapan keberangkatan ke Malaysia. Saat ini, Wikornya masih dibantu pemerintah untuk mengurus paspor.(gas)