Cengkih Sedikit, Petani Mitra Rayakan Pengucapan sederhana
Norma, Petani Desa Tombatu Timur masih ingat masa jaya cengkih puluhan tahun lalu
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan wartawan Tribun Manado, Arthur Rompis
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Norma, Petani Desa Tombatu Timur masih ingat masa jaya cengkih puluhan tahun lalu. Kala itu, kehidupan warga amat mewah. Hal itu terlihat jika ada pesta di Desa tersebut.
Saking banyaknya minuman bir, hingga dipakai cuci tangan. Namun kini, keadaan sudah jauh berubah. Harga cengkih tak setinggi dulu. Kehidupan para Petani terus saja suram.
Menghadapi acara selevel pengucapan, Norma yang memiliki belasan pohon cengkih kelabakan. "Sulit sekali," kata dia. Di depan rumahnya, tengah dijemur cengkih berwarna coklat di atas karung.
Dengan sedih ia menerangkan jika cengkih tersebut hanya sebanyak 13 liter. "Jika diukur dengan kilo, itu hanya akan jadi dua kilo, cengkih sekilo hanya Rp 100 ribu," ungkapnya.
Sebelumnya, ia bermaksud menggunakan uang hasil panen cengkih sebagai biaya pengucapan. Norma yang juga merupakan petani Kelapa, mengaku sudah memplot hasil dari usaha kelapa untuk keperluan lain.
Harapannya hasil cengkih yang melimpah begitu tinggi karena baru saja panen raya tahun lalu. "Setahun setelah panen raya biasanya hasil cengkih akan tetap banyak, namun ternyata tidak, hasil panen begitu sedikit," kata dia.
Hujan yang turun beberapa bulan terakhir, kata dia, mempengaruhi produktivitas cengkih. Dengan terpaksa, Norma mengalihkan uang hasil kelapa ke pengucapan. Ia mengaku terpaksa karena sudah kepalang tanggung mengundang saudaranya.
Brian, Petani lainnya mengaku hanya akan mengadakan pengucapan dengan sederhana. Dengan penghasilan yang tak seberapa, ia mengaku tak akan "toki" anjing serta "banting babi".
"Cukup dengan nasi jaha," kata dia. Ferry Kawulusan, petani lainnya mengatakan hasil panen cengkih tahun ini hanya dua persen dari pohon. "Sangat sedikit," kata dia.
Menurut dia, ranting yang berbuah kali ini adalah yang tidak berbuah tahun lalu. Tahun ini, kata dia, adalah derita bagi para petani cengkih. Sudah harganya turun, buahnya pun sedikit, sementara di saat bersamaan ada pengucapan. (arthur rompis)