Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kecewa Terhadap Mantan Suami, Sita Akhirnya Jadi PSK

Saking sempitnya, gang tersebut jika dilewati kendaraan roda dua hanya cukup untuk satu kendaraan saja.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kecewa Terhadap Mantan Suami, Sita Akhirnya Jadi PSK
internet
Jalan Pasar Kembang di Yogyakarta. 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Nama Sarkem alias Pasar Kembang sudah tidak asing lagi bagi warga Yogyakarta maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Sarkem populer sebagai kawasan prostitusi tertua di Indonesia.

Wilayah yang dijadikan sebagai kawasan bisnis pekerja seks komersial (PSK) itu sesungguhnya hanya berada di Gang 3 RW 3 Sosrowijayan Kulon, Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen.

Kawasan tersebut berada persis di seberang jalan selatan Stasiun Tugu Yogyakarta. Kawasan merah itu ada di rumah-rumah sepanjang gang-gang kecil dengan lebar kurang dari dua meter. Saking sempitnya, gang tersebut jika dilewati kendaraan roda dua hanya cukup untuk satu kendaraan saja.

Saat Tribun Jogja (Tribunnews.com Network) mendatangi Sarkem, Sabtu (9/8/2014) siang, beberapa perempuan berpakaian minim dan mengenakan rias wajah tebal, terlihat duduk di depan rumah yang terletak di gang-gang tersebut. Saat ada lelaki yang melewati mereka, perempuan-perempuan itu pun tak segan merayu dan menawarkan jasa pelayanannya.

Sembari menunggu pelanggan yang bersedia menggunakan jasa mereka, para perempuan tersebut terlihat saling ngobrol, otak-atik telepon genggam, merias wajah hingga ada juga yang sedang makan. Pada siang hari, kawasan itu tampak tenang, tanpa hingar bingar suara musik.

Begitu pun siang hari Gang 3 Sarkem terlihat seperti kampung perkotaan pada umumnya. Namun bedanya di depan rumah-rumah itu sebagian besar di antaranya kini juga disulap menjadi tempat karaoke dengan bilik-bilik kecil sekaligus digunakan PSK untuk melayani pelanggan.

Berita Rekomendasi

Bermodal Rp 75 ribu, Tribun Jogja berhasil mengajak salah satu PSK berbincang-bincang di sebuah bilik yang biasanya digunakan PSK melayani pelanggan. Bilik tersebut tampak sangat saderhana. Hanya terdapat satu alas tidur, kipas angin kecil dan bungkusan plastik berisi alat kontrasepsi.

Menurut penuturan Sita (nama samaran PSK tersebut) tarif sewa rumah untuk bisnis prostitusi di Sarkem saat ini cukup tinggi. Biaya sewa tempat yang digunakan Sita melayani tamunya tersebut mencapai Rp 4 juta per bulannya.

Dengan harga itu penyewa hanya memperoleh tiga bilik yang berukuran tidak lebih dari 3x3 meter dan satu kamar mandi. Bilik-bilik tersebut hanya terbuat dari triplek.

Karena besarnya sewa rumah di kawasan Sosrowijayan Kulon, kebanyakan rumah tersebut disewa dan dikelola orang luar daerah yang bertindak sebagai mucikari.

"Yang mengelola tempat ini orang Semarang. Yang mengelola losmen bukan orang sini. Warga sini lebih memilih mengontrakkan rumah mereka dan pindah ke luar wilayah sini," ungkap Sita.

Karena besarnya biaya sewa tempat, Sita harus rela bayarannya yang hanya Rp 100 ribu tiap kali melayani tamu terpotong Rp 20 ribu untuk setor ke mucikari penyewa rumah.

PSK asal Surabaya tersebut mengatakan dia sudah berada di Sarkem selama 10 tahun. sebelumnya wanita yang telah berusia 45 tahun tersebut menjajakan cintanya di Solo. Diakuinya jika dibanding satu dua tahun belakangan, kondisi Sarkem kini semakin ramai setelah saat ini kawasan itu dilengkapi rumah karaoke.

"Karena Silir (kawasan prostitusi di Solo) ditutup, maka saya pindah ke sini," ungkap Sita.

Sebelum menjadi PSK, dulunya wanita tersebut pernah bekerja sebagai pelayan rumah makan dan toko. Awal dia terjerumus dalam dunia hitam itu ketika diajak temannya untuk bekerja di salon. Pada awalnya dia tidak tahu jika akan bekerja di salon plus. Karena desakan ekonomi, dia akhirnya menjalani pekerjaan menjadi PSK.

"Selain desakan ekonomi, yang melatar belakangi saya melakukan pekerjaan ini adalah kekecewaan saya terhadap lelaki yang pernah menikahi saya. Saya dulu pernah dua kali menikah, yang pertama meninggal dan yang kedua sering main perempuan," ungkapnya.

Hingga saat ini anggota keluarganya tidak ada yang tahu mengenai pekerjaannya sebagai PSK. Kepada keluarganya, Sita mengaku bekerja di Yogyakarta sebagai penjual nasi kucing.

Dalam sehari Sita melayani tiga hingga empat pelanggan. Ia lebih suka "berjualan" di siang hari. Saat ini Sita harus bersaing dengan sesama PSK yang berusia lebih muda. Dikatakan Sita, untuk PSK yang lebih muda bisa melayani hingga 10 pelanggan.

"Dengan umur yang sudah segini saya sudah tidak sanggup untuk melayani tamu segitu," imbuhnya.

Momen libur Lebaran kemarin dikatakannya membawa berkah bagi para PSK Sarkem. Jumlah pelanggan yang menggunakan jasa Sita mengalami peningkatan. Jika pada hari biasa, Sita melayani empat tamu, dalam sehari dia bisa melayani hingga tujuh pelanggan saat libur Lebaran kemarin. Berdasarkan keterangan Sita PSK yang lebih muda bahkan bisa melayani hingga 13 pelanggan sehari.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas