Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Trauma Kasus Mutilasi Warga Perawang Antar Jemput Anaknya ke Sekolah

Sejumlah warga Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, mengaku dilanda ketakutan dan trauma pascapengungkapan kasus pembunuhan.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Trauma Kasus Mutilasi Warga Perawang Antar Jemput Anaknya ke Sekolah
Tribun Pekanbaru
Rumah Tersangka S alias Sofian, pelaku mutilasi di Siak. 

TRIBUNNEWS.COM, SIAK - Sejumlah warga Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, mengaku dilanda ketakutan dan trauma pascapengungkapan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh tersangka MD, DD, S dan DP, dengan korban sebanyak tujuh orang yang ditemukan dalam kondisi telah menjadi tengkorak.

Seperti penuturan seorang warga bernama Madian, Warga Desa Bunut, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak. Ia mengaku sangat ketakutan dan dilanda trauma yang setelah mendengar kasus pembunuhan keji dan mutilasi terhadap tujuh orang korban.

"Perawang ini sudah tidak aman lagi, kita sangat ketakutan sekali saat ini," katanya.

Pascaaksi pembunuhan itu, ia melarang anaknya untuk keluar rumah. Madian mengaku takut, jika anaknya akan menjadi korban seperti kasus itu.

"Kami takut jika masih ada pelaku lain yang berkeliaran, dan anak kami menjadi korban, sehingga saya dan warga lainnya lebih banyak di dalam rumah," katanya.

Selain itu, Madian juga mengaku, pascapengungkapan kasus itu, ia melihat banyak warga yang ramai mengantarkan dan menjemput anaknya di sekolah.

"Biasanya setiap pagi warga yang mengantar anaknya sedikit. Sekarang, warga yang mengantar dan menjemput anaknya pulang sekolah meningkat, bahkan sampai terjadi antrean kendaraan di sekolah itu," katanya.

BERITA TERKAIT

Ketakutan yang sama juga dirasakan warga lainnya, yang menjadi tetangga dari salah seorang tersangka inisial S.

Seperti penuturan Niar (33), warga RT 06/ RW O4, Desa Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang, dan warga lainnya yang berkumpul di dekat rumah tersangka inisial S atau yang dipanggil Sofian. Mereka mengaku terkejut, sekaligus dilanda ketakutan dan trauma terhadap kasus pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan oleh tetangga mereka itu.

"Saya dan semua warga, khususnya anak-anak disini sangat ketakutan dan trauma saat ini setelah mengetahui kasus pembunuhan dan mutilasi yang dilakuakan tersangka Sofian bersama tiga pelaku lainnya. Kita takut anak-anak kita menjadi korban yang sama seperti kasus ini," katanya.

Diceritakannya, tersangka Sofyan tinggal satu rumah bersama ayahnya, yang berprofesi sebagai tukang obat atau paranormal, dan juga bersama saudara lainnya di di salah rumah yang terbuat dari papan dan beratapkan seng, dan menjadi tetangganya selama lebih kurang tiga bulan.

Sepanjang pengetahuannya, Sofyan dan ayahnya tinggal di Desa Pinang Sebatang Barat ini sudah hampir tiga tahun lamanya. Namun Sofian dan ayahnya sering pindah-pindah rumah. Kemdian Sofian dan ayahnya pindah ke RT 06/RW 04, dan mendirikan sebua rumah papan berukuran lebih kurang 3X4 meter.

Rumah itu sudah lebih kurang tiga bulan, tidak sedikitpun ada kecurigaan dari Niar dan warga lainnya terhadap Sofian, karena tersangka memang dikenal sebagai seorang yang tertutup dan jarang bergaul dengan tetangganya.

"Sofian kadang terlihat kadang tidak, dan dia jarang bergaul dengan tetangga. Jadi kita tidak pernah manaruh curiga apapun kepada Sofian," katanya.

Belakangan, setelah mereka mendapat informasi bahwa Sofian ditangkap polisi dan terlibat aksi pembunuhan dan mutilasi itu, mereka mengaku terkejut mendengar kabar itu.

"Kita cukup terkejut, ternyata orang pendiam, tertutup dan jarang bergaul itu adalah seorang pelaku pembunuhan dan mutilasi," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas