Wildan Bukan Teroris, Dia seorang Mujahid
"Keluarga kami risih karena khawatir kalau kematian Wildan di Iraq Februari silam disamakan dengan aksi terorisme. Wildan bukan teroris. Dia mujahid
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pasca pemberitaan kematian Wildan Mukhallad, keluarga remaja asal Payaman, Lamongan itu terus didatangi jurnalis lokal dan nasional.
Keluarga remaja yang tewas dalam aksi bom bunuh diri di Iraq itu tidak ingin aksi Wildan dianggap teroris.
"Keluarga kami risih karena khawatir kalau kematian Wildan di Iraq Februari silam disamakan dengan aksi terorisme. Wildan bukan teroris. Dia mujahid yang insya Allas syahid," ujar Muhammad In'am, kakak kandung Wildan, Senin (18/8/2014).
Dia mengatakan, Wildan awalnya bertempur di Allepo, Suriah untuk membantu para mujahid melawan rezim Bashar Assad.
Setelah Suriah, Wilda bergeser ke Iraq, tepatnya di Falujah. Di sana dia tewas dalam aksi bom bunuh diri.
In'am mengungkapkan, adiknya tidak belum tentu bergabung dengan ISIS. Hanya memang dia bertempur melawan rezim.
"Saat dia perang pada 2012, belum ada itu ISIS. Yang jelas dia bergabung dengan para mijahid. Di Suriah dan Iraq kan banyak kelompok mujahid," ungkapnya.
Namun begitu, Wildan mengakui ada bahaya dialami Indonesia dari situasi di Timur Tengah, khususnya Iraq dan Suriah.
Bahaya itu, kata dia, adalah faham jihad yang salah. Dia khawatir kalau faham itu masuk ke Indonesia.
Pria 35 tahun itu mengaku siap membantu pemerintah dalam upaya deradikalisasi.
Selama ini, dia menilai pemerintah lamban dalam melakukan pencegahan dan pembinaan, terutama di kalangan kominitas keagamaan.
In'am tidak ingin, ada remaja-remaja lain yang nekat berangkat ke Iraq dan daerah konflik lain untuk berperang.
"Tumpah darah kita kan di Indonesia. Seharusnya jihad di negeri kita sendiri. Namun jihadnya bukan berperang seperi di daerah konflik," ujarnya.