Oknum Pegawai Sipir di Rutan Carep Cabuli Napi
Saya alami tujuh kali, tiga diantaranya 'burung' saya 'dianiaya' dengan mulut Pak Linus dan empat kali saya dipaksa sama-sama melakukannya.
Editor: Sugiyarto
"Kejadian terakhir yang saya ingat pertengahan 2013 sekitar pukul 16.00 Wita. Pak Linus datang menemui saya di kamar nomor 2 Blok E. Dia rayu saya, saya terpaksa melayaninya. Setelah puas, dia pergi," ujar Endag.
Endag mengaku wajahnya sering pucat setiap kali memenuhi hasrat seks Pak Linus. Jalan sampai sempoyongan, dan saat kencing terasa sakit.
Anak sulung dari tiga bersaudara ini masuk Rutan Carep karena tersandung kasus pemerkosaan anak di bawah umur. Endag dihukum 7,3 tahun dan sudah dilaluinya 2,6 tahun.
Endag sebenarnya tak tega membuka aib Pak Linus, namun ulahnya sendiri yang membuat Endag sakit hati. Endag dimasukkan ke ruang karantina pada Sabtu-Minggu (16-17/8/2014) karena tak ikut perayaan misa di kapela.
Dua malam berturut-turut tidur di ruang karantina tanpa diberikan kain selimut membuat Endag tak bisa tidur nyenyak. Ketika dibesuk orangtuanya, Yoseph Yakob, Senin (19/8/29014), pukul 09.00 Wita, Endag membeberkan kepada Yakob tentang kelakuan Pak Linus terhadap para narapidana.
Marselinus Langgur, napi kasus penggelapan dana milik koperasi menuliskan pada secarik kertas nama-nama napi yang 'burungnya dianiaya' oleh Pak Linus.
Kertas tersebut diserahkan kepada Yokob dan dibawa pulang ke rumah. Kabar itu tersiar cepat dari mulut ke mulut.
Beberapa orang pegawai bertamu ke kediaman Yakob di Mano Nancang, Kecamatan Poco Ranaka, sekitar 14 kilometer sebelah timur Kota Ruteng. Mereka mengajak Yakob berdamai dan tak meneruskan laporan ke polisi. *