TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN-Dampak kelangkaan solar di sejumlah  Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pasuruan juga dirasakan oleh sejumlah petani.

Sejak adanya pembatasan penyaluran BBM bersubsidi oleh Pertamina, mereka mengaku kesulitan mendapatkan solar di SPBU tempat mereka biasa membeli solar.

Seorang petani asal Desa Ngopak, Kecamatan Grati bernama Suhut misalnya. Ia tampak kebingungan saat petugas SPBU diJalan Raya Cukurgondang, Kecamatan Grati tidak mau melayani.

Padahal, sehari-hari sebelumnya dia biasa mengisi solar sebanyak 20 liter dengan jeriken di SPBU tersebut."Kok nggak mau ya, padahal biasanya saya mengisi di sini," kata Suhut.

Ia mengatakan, sebelumnya dia sudah mencoba mencari solar di SPBU yang berada di Jalan Raya Sedarum dan Jalan Raya Ngopak, Kabupaten Pasuruan, namun stok solar di dua SPBU tersebut juga habis. "Tadi saya sudah cari di Ngopak, dan Sedarum, tapi kosong," ujarnya.

Ia khawatir bila tidak segera mendapatkan solar, tanaman jagungnya yang sudah berusia sekitar 15 hari akan mati. Sebab, pada usia tersebut, jagung yang dia tanam sangat membutuhkan air yang hanya bisa dialirkan dengan mesin diesel.

"Kalau nggak dapat solar, bisa-bisa tanaman jagung kami mati. Mau makan apa kami nanti," keluhnya.

Sementara itu, pengelola SPBU 5467138 di Jalan Raya Nguling, Kabupaten Pasuruan, Untung mengatakan pihaknya terpaksa tidak melayani pembeli solar yang menggunakan jeriken.

Pasalnya, saat ini mereka lebih mengutamakan para sopir truk yang sudah lama mengantri.

"Kalau saya layani mereka, sopir-sopir truk yang sudah mengantri bisa marah," ujarnya.

Pantauan suryaonline, di beberapa SPBU di Jalan Raya Pasuruan-Probolinggo kehabisan stok solar. Dari sekian banyak SPBU, hanya ada dua SPBU yang beroperasi.

Sementara itu, sejumlah petugas kepolisian dari Polsek setempat tampak berpatroli melakukan pengecekan di sejumlah SPBU.