Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Batur: Janji Tinggal Janji, Menyapa Warga pun Jero Wacik Enggan

Saat dimintai keterangan lebih lanjut tentang bagaimana Jero Wacik bersosialisai di masyarakat, raut wajah mereka mendadak masam.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Warga Batur: Janji Tinggal Janji, Menyapa Warga pun Jero Wacik Enggan
Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Keponakan Jero Wacik, Ni Komang Parmini dan anaknya berdiri di depan rumah tua Jero Wacik di Desa Batur, Kintamani, Bangli, Bali, Kamis (4/9/2014). 

TRIBUNNEWS.COM, BANGLI - Di sebuah warung di Banjar Kerta Bhuana Desa Batur Kecamatan Kintamani, Bangli, terlihat beberapa warga berkumpul, Kamis (4/9/2014), saat udara terasa semakin dingin. Sayup-sayup terdengar mereka menyebut nama Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang merupakan warga banjar tersebut.

Obrolan menjadi panas tatkala seorang pria bercerita kalau warganya saat ini sudah menjadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait penyalahgunaan wewenang dan pemerasan dengan total kerugian Rp 9,9 miliar, dalam rangka operasional jabatannya di Kementerian ESDM pada 2011-2013.

Saat Tribun Bali (Tribunnews.com Network) mencoba bergabung dengan warga, terdengar ungkapan yang cukup mengejutkan. Mereka bercerita kalau kasus yang menimpa Jero Wacik adalah buah dari ketidak-peduliannya terhadap masyarakat sekitar.

"Amongken liange, amonto sebete (sebesar apa kesenanganmu, sebesar itu kesedihanmu)," begitu pepatah Bali yang keluar dari mulut seorang warga.

Saat dimintai keterangan lebih lanjut tentang bagaimana Jero Wacik bersosialisai di masyarakat, raut wajah mereka mendadak masam. Seorang warga yang namanya enggan disebutkan mengatakan menteri harusnya membangun desa, banjar, atau paling tidak keluarga besarnya sendiri.

"Kata orang sih kita punya menteri, punya pejabat negara. Bahkan posisinya di bawah presiden lagi satu strip. Tapi silakan tanya sama warga yang lain bagaimana menteri kita itu bersosialisasi," ujarnya dengan nada sedikit tinggi.

Warga mengatakan Jero Wacik hanya pulang pada saat piodalan saja. Itupun tidak lama, setelah selesai sembahyang Jero Wacik diceritakan warga selalu terburu-buru. Jero Wacik pergi dengan pengawalan ajudan tanpa menyapa warga terlebih dahulu.

Berita Rekomendasi

"Tapi memang benar Jero Wacik tidak punya rumah di sini. Tuh lihat di bawah! Bahkan saya yakin keluarganya saja dalam hati pasti mengeluh punya menteri tapi sanggahnya dibiarkan rusak," cetus seorang warga, sembari menunjuk rumah tua Jero Wacik yang ada di bawah.

Keluhan tentang Jero Wacik terus terucap dari mulut warga. Saat belum menjabat sebagai menteri, pria kelahiran 24 April 1949 ini berjanji akan mengajak anak-anak di sana jalan-jalan ke Jakarta.

"Kalau kakek jadi menteri kakek akan ajak kalian ke Jakarta. Kakek belikan pakaian," ujar seorang warga menirukan ucapan Jero Wacik kala itu. Namun sampai saat ini, janji tinggallah janji, jangankan ke Jakarta, menyapa pun Jero Wacik enggan.

Perbekel Batur Tengah, I Made Sasmika mengakui, selama ini Jero Wacik memang tidak pernah memberikan bantuan pada desanya.

"Selama ini tidak ada. Saat mengajukan proposal, sampai dua tahun tidak ada apa-apa. Kata stafnya, beliau tidak mau membantu karena arah bantuannya tidak untuk desa," ujarnya.

Namun Jero Wacik tetap memiliki sisi positif dalam kegiatan adat. Setiap ada kegiatan sering memberi pengarahan pada warga Batur.

"Setiap ada upacara dia selalu menyempatkan diri untuk datang. Itu hal yang sangat luar biasa menurut saya," tandasnya.

Jero Wacik diduga memperkaya diri dengan meminta besaran dana operasional menteri (DOM) ditambah. Ia pun diduga memerintahkan anak buahnya untuk mengupayakan penambahan tersebut.

Salah satu cara yang diperintahkan untuk meningkatkan dana operasional menteri itu adalah dengan menggelar rapat-rapat yang sebagian besar merupakan rapat fiktif. Nilai uang yang diduga dikorupsi oleh Jero Wacik mencapai Rp 9,9 miliar.

Dari daftar kekayaan yang dilaporkan Jero Wacik pada 1 Februari 2012, Jero memiliki kekayaan sebesar Rp 11,6 miliar dan 430.000 dollar AS.

Ia tercatat memiliki harta tidak bergerak berupa lahan dan bangunan yang nilai totalnya Rp 8,2 miliar. Lahan dan bangunan itu tersebar di sejumlah wilayah, di antaranya di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Tabanan Bali, serta Kota Depok.

Jero Wacik juga diketahui memiliki harta bergerak berupa mobil, yakni mobil Mercedes Benz E230 tahun 1997 senilai Rp 200 juta dan Nissan Serena tahun 2004 seharga Rp 175 juta. Harta bergerak lain yang dimiliki Jero berupa logam mulai senilai Rp 200 juta, batu mulia Rp 100 juta, serta benda seni dan antik Rp 500 juta. Selain itu, Jero tercatat memiliki giro dan setara kas lainnya senilai Rp 2,3 miliar dan 430.000 dollar AS. (Tribun Bali Cetak)

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas