Dua Minggu, Waktu Untuk Ambil Sampel dan Diolah Jadi Stem Cell
“Kami memang butuh pendonor. Namun kebutuhan itu tidak terlalu urgent. Pasalnya, sampel yang kami ambil itu bisa dikembangkan menjadi jutaan sel.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Untuk jaringan pemasaran, pihaknya tidak bisa serta merta menjual stem cell.
Pasalnya, ITD terikat kerjasama dengan PT Kimia Farma, badan usaha milik negara (BUMN) yang juga lama tertarik dengan stem cell.
Nantinya, produk stem cell akan dijual oleh Kimia Farma dan pihak ITD.
Penjualan di jalur internal ini berkaitan dengan hak royalti yang dimiliki para peneliti ITD.
Royalti ini nantinya juga digunakan untuk pengembangan sumber daya manusia di lingkungan laboratorium ITD dan RSUD Dr Soetomo. “
Penelitinya tetap harus diberi. Jangan sampai mereka kapok melakukan riset,” ujarnya.
Untuk bahan baku, Prof Nasron dan Prof Fedik mengaku tidak terlalu kesulitan.
Selama ini, sampel yang diolah menjadi stem cell berasal dari penderita.
Sampel baru diambil dari pendonor ketika pesien mengidap penyakit yang tidak memungkinkan untuk pengembangan sel.
Selama ini ada banyak orang yang tidak keberatan darah, jaringan atau lemaknya dibuat sebagai sampel.
Untuk pendonor ini, pihak ITD selalu menyodorkan form pernyataan sebagai bukti kesediaan menjadi pendonor.
Sumber stem cell yang paling banyak dimanfaatkan ITD adalah darah dan sumsum tulang belakang.
“Kami memang butuh pendonor. Namun kebutuhan itu tidak terlalu urgent. Pasalnya, sampel yang kami ambil itu bisa dikembangkan menjadi jutaan sel. Sampel itu ada kedaluwarsanya. Jadi kalau terlalu lama disimpan juga tidak baik,” imbuh Prof Fedik Abdul Rantam, Kepala Laoratorium Stem Cell ITD UA.
Selain melayani pesanan rumah sakit-rumah sakit, ITD juga siap melayani pesanan atau titipan dari masyarakat umum.
Masyarakat yang menjadikan stem cell dari dirinya sendiri untuk pengobatan diri dan anggota keluarga.
Cuma butuh waktu dua minggu untuk mengambil sampel dan mengolahnya menjadi stem cell siap pakai.