Bupati Malang Prihatin Industri Rokok di Wilayah Malang
"Saya prihatin dengan industri rokok karena diserang banyak pihak," kata Rendra di acara yang dihadiri 400-an masyarakat ketenagakerjaan.
TRIBUNNEWS.COM,MALANG - Forum silahturahmi masyarakat ketenagakerjaan dimanfaatkan untuk ajang curhat ke Bupati Malang, Rendra Kresna.
Acara ini difasilitasi oleh Disnakertrans Kabupaten Malang di Pendopo Agung, Jumat sore (19/9/2014).
Dari buruh rokok mengeluhkan kondisi industri rokok, terutama sigaret tangan yang terancam. Bahkan sekelas Bentoel saja akhirnya memberikan tawaran pensiun dini ke pekerjanya.
"Saya prihatin dengan industri rokok karena diserang banyak pihak," kata Rendra di acara yang dihadiri 400-an masyarakat ketenagakerjaan.
Bahkan dalam bungkus rokok saja sudah diberi gambar mengerikan. Belum lagi soal cukai.
Sehingga ia mengkhawatirkan petani-petani tembakau seperti di Kecamatan Donomulyo. Karena khawatir tidak ada yang membelinya. Karena sekelas Bentoel saja bisa merasakan beban berat itu, apalagi usaha rokok yang kelas rumahan.
"Semoga presiden baru punya perhatian ke industri rokok," katanya.
Namun jika melihat kondisi sekarang, sebelum perusahaan mengajukan pensiun dini, maka perlu pelatihan wirausaha dulu agar santunan yang diterima bisa menjadi modal.
Namun, saran bupati, pelatihan bisa dilakukan jauh-jauh hari kepada pekerja.
"Anggap saja itu CSR perusahaan," ungkapnya.
Sehingga ketika kondisi itu terjadi, mereka bisa menjadi usahawan di rumah dan mendapatkan penghasilan yang bagus. Jika berkembang, maka bisa membuat makin banyak UMKM yang kini sudah mencapai 472.000.
"Saya minta ke serikat-serikat pekerja untuk mencari sponsor dan diberi kesempatan memilih keterampilan lain," ujar Rendra.
Seorang buruh dari PUK PT Bentoel menyatakan di acara itu bahwa penawaran pesangonnya memang bagus.
Apalagi nanti diberi pelatihan. Tapi pelatihan-pelatihan dengan banyak peserta bisa juga tidak efektif.
Karena itu, ia meminta agar Disnakertrans bisa mengadakan juga dengan berkoordinasi dengan Bentoel supaya bisa berlatih.
"Supaya tidak terlalu kaget menghadapi masalah ini," tutur buruh perempuan itu.
Menurutnya, Disnaker bisa menyiapkan pelatihan-pelatihan misalkan dengan memakai BLK (Balai Latihan Kerja) yang ada atau tempat lainnya agar para buruh rokok yang akan pensiun dini bisa berkarya di rumah.
Ribawati, Pimpinan Cabang Federasi Serikat Pekerja RTMM (Rokok Tembakau Makanan Minuman) Kabupaten Malang menyatakan kondisi industri rokok memang berat.
Ini dicontohkan pada sebuah perusahaan rokok di kawasan Pakisaji, Kabupaten Malang.
"Kalau sebelumnya pekerjaan yang dilakukan teman-teman sehari bisa membuat 2.650 batang per hari mulai jam 07.00-15.00 WIB, sekarang berkurang banyak," katanya.
Kini sehari hanya 1000 batang. Hal ini karena pasar produk rokok itu sulit.
"Kendala pemasaran," katanya.
Sehingga rokok sigaret tangan tidak dibuat banyak. Dampaknya pada penurunan produksi dan pendapatan buruh. Jika pendapatan kurang apalagi ongkos transportasi cukup besar, membuat buruh juga dilema.
"Akhirnya berangkat juga males," katanya.
Dengan kondisi ini, ada perusahaan yang mau memproses jika ada yang ingin pensiun dini. Tapi ada juga yang pasrah.
" Ada perusahaan rokok lain sudah ada pasrah. Mau ngasih sangu gak bisa," tuturnya.
Perusahaan-perusahaan rokok tanpa serikat pekerja, lanjutnya sulit terpantau keberadaannya.