Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pelarian Warga Afganistan Hingga Terdampar di Manado

Nawi menuturkan alasan mereka keluar meninggalkan tanah kelahirannya, karena alasan stabilitas yang tidak baik.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kisah Pelarian Warga Afganistan Hingga Terdampar di Manado
Tribun Batam/Argianto DA Nugroho
Lima warga berkewarganegaraan asing diamankan petugas Imigrasi Klas I Khusus Batam. Kelima orang ini terdiri WN Myanmar, Malysia, dan Afghanistan. WN Myanmar bernama Kyaw Min Thu alias Jhon Lay (30), WN Malaysia Cardorano bin Raphael (31), dan tiga orang WN Afganistan, Arash Nori (16), Ali Dosh Hujati (32) dan Sohrab Sohrabi (26). 

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Tak terjaminnya keamanan warga yang tinggal di Timur Tengah, Afganistan, Somalia dan beberapa negara lainnya yang keamanannya tidak menentu, membuat warga di negara-negara ini ramai-ramai mencari suaka.

Satu di antaranya Nawi, imigran asal Afganistan yang selama dua pekan terakhir ini ditempatkan di Rudis Imigrasi Indonesia, di daerah Lapangan, Kecamatan Mapanget, Manado. Dia dan ratusan imigran lainnya menempati rudis ini, karena Rudenim di Malendeng sudah penuh.

Nawi menuturkan alasan mereka keluar meninggalkan tanah kelahirannya, karena alasan stabilitas yang tidak baik. Dia mengaku sering diteror oleh militan Taliban, bahkan ada saudaranya yang akhirnya mati dibunuh oleh Taliban.

"We leave our country because of threats by the Taliban. They did not hesitate to kill people who do not support them (Kami meninggalkan negara kami, karena ancaman dari Taliban. Para Taliban ini tak ragu membunuh orang yang tidak mendukung mereka)," ujar Nawi dalam Bahasa Inggris.

Dia mengatakan, karena pemerintah negaranya tak bisa memberikan jaminan keamanan, mereka akhirnya memilih mencari suaka dengan tujuan adalah Australia, New Zealand dan Amerika. Hanya bagi dia, tidak masalah dimana pun dia berada asalkan aman, termasuk di Indonesia.

"I hope to live in peace in Australia or New Zealand or United States or Indonesia. Indonesian people are good and friendly (Saya harap untuk tinggal di negara yang damai seperti Australia, New Zealand, United States atau Indonesia. Orang Indonesia sangat baik dan suka berteman)," ujarnya lagi.

Pantauan Tribun Manado (Tribunnews.com Network), meskipun bersesak-sesakan di rumah kecil itu, para imigran itu nampaknya cukup nyaman. Suasana akrab tampak tercipta di antara mereka.

Berita Rekomendasi

Menurut warga sekitar, saat pagi maupun menjelang sore, mereka biasanya berkumpul di halaman depan rumah dan sore hari ada yang ikut main sepak bola di lapangan sepak bola yang ada di kompleks Lanud Sam Ratulangi.

Saat bermain sepak bola di lapangan sepak bola di komplek Lanudsri, ada beberapa imigran berbaur dengan anak muda yang sedang bermain. Namun lainnya enggan dan memilih hanya bermain dengan sesama imigran. Ada pula sebagian imigran hanya menonton dan sibuk menelpon maupun mengutak-atik ponsel.

Penempatan para imigran di rumah tersebut ternyata mendapat sorotan warga sekitar, yang menilai lokasinya kurang tepat, karena berada di kawasan padat penduduk.

"Harusnya pihak terkait, dalam hal ini pihak Imigrasi memikirkan dampak yang bisa terjadi di kemudian hari, karena keberadaan mereka di sini. Karena para imigran itu saya lihat rata-tara masih usia muda. Dikhawatirkan dalam interaksinya dengan pemuda-pemuda di sini terjadi masalah, pasti akan ribet mengurusnya," ujar Yunus, warga sekitar Rudis Imigrasi tersebut.

Mantan anggota DPRD Kota Manado mengatakan, kekhawatirannya itu beralasan, karena pernah ada kejadian baku pukul antara imigran asal Taiwan, yang beberapa waktu lalu ditempatkan di situ, sehingga timbul korban jiwa.

"Saya sampaikan ini karena ada kasus pernah terjadi di tempat itu. Kemungkinan stress bisa saja terjadi. Apalagi kondisi rumah seukuran itu ditempati ratusan orang, tentu tidak nyaman," ujarnya.

Senada diutarakan Ibu Ira, warga lain yang rumahnya berada tak jauh dari Rudis Imigrasi tersebut. Ibu Ira ini mengaku prihatin dengan para imigran tersebut, karena ada beberapa orang hanya tidur di teras rumah.

"Entah karena mau mereka atau karena ruang di dalam tidak cukup, sehingga tidur di teras rumah. Belum lagi soal makan, ada yang pernah datang mau beli makanan tapi uangnya tak cukup, akhirnya saya kasih sesuai jumlah uang," ujarnya.(tos)

Sumber: Tribun Manado
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas