Tuberkulosis di Garut Menurun tapi Harus Diwaspadai
Namun penyebaran penyakit ini harus sangat diwaspadai karena seorang penderita dapat menularkan TB kepada 10 orang
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Jumlah penderita tuberkulosis (TB) di Kabupaten Garut menurun drastis, dari 1.699 penderita pada akhir 2013 menjadi 989 penderita pada September 2014. Namun penyebaran penyakit ini harus sangat diwaspadai karena seorang penderita dapat menularkan TB kepada 10 orang dalam sekali batuk saja.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, pada akhir 2013 terdapat 1.699 pasien yang dinyatakan positif menderita TB melalui hasil laboratorium. Mereka kemudian menjalani pengobatan serius antara tiga sampai enam bulan melalui pemberian obat.
Hasilnya pada September 2014, tersisa 989 penderita TB yang masih menjalani pengobatan di Kabupaten Garut. Angka ini termasuk penderita baru yang mulai berobat pada 2014. Mereka tetap mendapat pengobatan dan pemantauan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.
Dengan tingkat keparahan penyakitnya yang lebih tinggi, pada 2014 terdapat 10 penderita Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR TB) di Kabupaten Garut yang menjalani pengobatan. Sebelumnya terdapat 16 penderita. Namun, 4 di antaranya meninggal dunia, 1 pasien tidak melanjutkan pengobatan, dan 1 pasien lainnya berhasil sembuh.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Garut, Tatang Wahyudin, mengatakan penderita MDR TB ini mengalami TB yang sangat parah. Akibatnya penyakit TB resisten terhadap obat biasanya. Mereka harus mendapat pengobatan antara satu sampai dua tahun.
"Pasien MDR TB harus menghabiskan sampai Rp 200 juta untuk berobat. Beruntung, biayanya ditanggung Pemerintah RI. Kami membantu untuk biaya transportasi karena pengobatan hanya dilakukan di RSHS Bandung, RS di Cirebon, dan Sukabumi," kata Tatang, Senin (27/10/2014).
Temuan MDR TB di Kabupaten Garut, katanya, baru mencapai 68 persen. Dengan demikian, diduga terdapat jumlah penderita lebih banyak di Garut. Penderita MDR TB dapat menyebarkan penyakitnya lebih parah dari penderita TB biasa.
Dibutuhkan kesadaran masyarakat dalam mengatasi MDR TB, kata Tatang. Jika menemukan penderita TB, katanya, keluarga atau warga sekitar harus membawanya ke puskesmas untuk diobati. Selain Dinas Kesehatan, katanya, LSM yang gencar melakukan sosialisasi atau pemantauan penderita TB di Garut adalah Aisyiyah Muhammadiyah Garut.
Dalam masa pengobatan, katanya, keluarga harus memastikan penderita rutin memakan obatnya. Jika tidak, penderita TB dapat menjadi penderita MDR TB yang jauh lebih sulit diobati. Penderita TB, katanya, harus menjaga kebersihan dirinya supaya tidak menularkan penyakitnya kepada keluarga atau orang di sekitarnya.
"Peralatan makan dan minum harus terpisah, kamarnya harus bersih dengan ventilasi yang baik, dan penderita harus menjaga kalau bersin dan batuk. Kalau bisa, pakai masker saat di luar karena bisa menyebarkan penyakitnya pada orang lain," katanya.
Kebanyakan penderita TB tinggal di kawasan kumuh perkotaan Garut. Katanya, sebagian besar tempat tinggalnya pun tidak layak huni. Karenanya, Dinas Kesehatan tidak jarang mengusulkan perbaikan rumah tidak layak huni yang dihuni penderita TB supaya segera direnovasi Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Garut. (sam)