Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Direktur LBH Lampung Mengaku Sempat Takut Jika Ada yang Menolak Jenazah Mayang

Direktur LBH Bandar Lampung Wahrul Fauzi Silalahi mengakui ada ketakutan jika sampai ada gerakan yang menolak jenazah Mayang

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Direktur LBH  Lampung Mengaku Sempat  Takut  Jika Ada yang Menolak Jenazah Mayang
TRIBUN LAMPUNG/OKTA KUSUMA JATHA
Jenazah Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo disalatkan di Masjid Jami Taufiqurrahman 

TRIBUNNEWS.COM.BANDAR LAMPUNG- Jerit tangis keluarga Febri Adriansyah alias Mayang Prasetyo (27) meledak begitu peti jenazah korban mutilasi oleh suaminya sendiri, memasuki Terminal Kargo Garuda di Bandara Radin Inten II Lampung Selatan. Satu persatu keluarga Mayang meratapi peti terbungkus kardus berwarna cokelat tersebut.

Jenny Gusti Anggraini (16), adik tiri Mayang, bahkan menangis histeris dan tak henti menciumi peti jenazah sang kakak. Sementara ibunda Mayang, Nining Sukarni, sambil terisak berusaha menenangkan Jenny.

Karangan bunga tanda duka cita turut menyambut kedatangan jenazah Mayang di terminal kargo Bandara Radin Inten II. Karangan bunga dari Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri ini bertuliskan "Turut berduka cita. Semoga Almarhum Febri Adriansyah diampuni dan diterima di sisi-Nya".

Cukup lama jenazah Febri disemayamkan di terminal kargo yang tiba dengan penerbangan awal dari Australia lalu transit di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, sekitar pukul 07.30 WIB, Sabtu (1/11/2014).

Jenazah tidak bisa langsung dibawa oleh keluarga ke rumah duka untuk selanjutnya dikuburkan. Pasalnya, keluarga Mayang masih harus menandatangani dokumen pengeluaran jenazah dari bandara.

Kepala Seksi Tata Negara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rahmat Hindiarta mengatakan, jenazah sengaja didatangkan lebih pagi menggunakan penerbangan pertama Garuda Indonesia- 070.

"Lebih cepat diterbangkan lebih baik. Lebih baik jenazah datang duluan sambil menunggu dokumen tiba. Nanti begitu dokumen yang dibawa staf Kemenlu tiba, jenazah bisa dibawa pulang," katanya. Setelah menunggu beberapa lama, perwakilan Ditjen Pemulangan WNI Kemenlu akhirnya datang untuk mengurus sejumlah dokumen.

BERITA TERKAIT

Jenazah Mayang diberangkatkan ke rumah duka menggunakan mobil ambulans Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek (RSAM) diiringi Dinas Sosial Provinsi, Perwakilan Pemerintah Provinsi Lampung, LBH Bandar Lampung, Direktur RSUAM, sejumlah awak media baik lokal maupun nasional, dan pihak keluarga Mayang. Sebanyak 20 lebih kendaraan ikut iring-iringan jenazah wanita transgender tersebut.

Disambut Ratusan Orang
Setibanya di rumah duka di Jalan Onta, Kelurahan Sukamenanti, Kedaton, sekitar pukul 11.00 WIB, jenazah Mayang disambut ratusan orang. Mereka berebut ingin melihat peti jenazah Mayang. Sebagian besar masyarakat penasaran ingin menyaksikan jenazah Mayang yang dimutilasi oleh suaminya sendiri, Marcus Peter Volke.

Mayang kemudian disalatkan di Masjid Jami' Taufiqurrahman, tak jauh dari rumah duka. Sebanyak 35 orang secara khusyuk menyalatkan Mayang. Sebagian berasal dari keluarga besar almarhum, dari LBH Bandar Lampung, dan rekan Mayang.
Penyalatan ini sekaligus menepis isu adanya penolakan warga sekitar. "Tidak ada penolakan. Kita difasilitasi pihak pemerintahan juga, dari camat, lurah, semua membantu," kata Nining.

Direktur LBH Bandar Lampung Wahrul Fauzi Silalahi mengakui ada ketakutan jika sampai ada gerakan yang menolak jenazah Mayang. "Kami juga sempat khawatir ada gerakan yang menolak. Untungnya tidak ada," ucapnya.

Tidak seperti prosesi penyalatan jenazah dalam Islam, jenazah Mayang tidak dimandikan terlebih dahulu. Jenazah disalakan di masjid kemudian langsung dibawa ke peristirahatan terakhirnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukamenanti.

Peti jenazah Mayang dibawa pakai ambulans menuju TPU yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumah duka. Di TPU pun ternyata telah dipadati warga sekitar. Mereka saling berdesakan karena ingin melihat jenazah Mayang.

Di TPU Sukamenanti, Mayang dikuburkan di lubang berukuran 1 X 2 meter yang sudah digali sejak dua pekan lalu. Detik-detik prosesi memasukkan jenazah ke liang lahat kembali diwarnai isak tangis dari keluarga dan rekan-rekan Mayang. Nining beserta dua adik tiri Mayang, Gebby Jendriawan dan Jenny Gusti Anggraini, terpaksa dipapah karena nyaris pingsan.

Keluarga Mayang pun tak hentinya meneteskan air mata. Demikian ia terus dibopong oleh pihak keluarga dan rekan

Tags:
Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas