Saung Udjo Tagih Janji Wali Kota Bandung
Direktur Utama Saung Angklung Udjo (SAU), Taufik Hidayat Udjo menagih janji Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.BANDUNG- Direktur Utama Saung Angklung Udjo (SAU), Taufik Hidayat Udjo menagih janji Wali Kota Bandung Ridwan Kamil untuk menjadikan angklung sebagai muatan lokal di sekolah.
Taufik menjelaskan, sejak 2011, ia kerap berbincang dengan pejabat kota maupun provinsi, termasuk Ridwan Kamil tentang pentingnya angklung masuk sekolah. Namun realisasinya, baru beberapa sekolah yang menerapkannya. (baca juga: Saung Angklung Udjo Kebanjiran Pesanan)
"Sekolah yang memasukkan angklung dalam mulok baru hitungan jari. Saya tidak akan kapok, saya akan terus tagih janji," ungkap Taufik di Bandung, Senin (3/11/2014).
Angklung, sambung Taufik, sangat cocok dipelajari pelajar. Sebab, angklung bukan hanya alat pendidikan musik melainkan alat musik pendidikan. Dalam memainkannya, diperlukan unsur kebersamaan. (baca juga: Sebelum ke ITB, Jokowi ke Kantor Ridwan Kamil)
"Bermain angklung itu saling membutuhkan, kerja sama, saling mengerti agar tercipta harmonisasi. Hal-hal tersebut sangat dibutuhkan para pelajar. Dengan belajar angklung, siswa tak akan mudah marah, bisa bekerjasama dan saling membutuhkan," ucap Taufik.
Seperti yang dilakukan Korea Selatan. Saat ini Korea tengah fokus mengajarkan angklung pada pelajarnya. Sejak lima tahun lalu, setiap tiga bulan sekali, Korea memesan 10.000 angklung pada SAU untuk disebar ke seluruh sekolah di Korea.
"Angklung dari sini mengalami finishing touch di Korea dengan teknologi yang mereka miliki. Setelah itu baru disebar ke sekolah-sekolah dengan harga lebih mahal 3 kali lipat dari Indonesia. Meski lebih mahal, mereka tetap membeli dan memainkannya dengan semangat," ucap Taufik.
Kemampuan sumber daya manusia (SDM) Korea yang ditunjang teknologi, bukan tidak mungkin akan membuat mereka lebih unggul dari Indonesia dalam hal angklung di masa depan. Begitu pun dengan Malaysia yang jelas-jelas mengeluarkan slogan mereka memang tidak memiliki sumber daya alam (SDA) tapi mempunyai SDM.
Kedua negara ini, sambung Taufik, menjadi pesaing yang kuat dalam hal angklung. Ia berharap, Pemerintah Indonesia menjadikan ini peringatan. Karena jika Indonesia tak berbenah, ke depan, Indonesia hanya dikenal sebagai tempat asal angklung. Tapi untuk menikmati angklung mereka akan cari ke negara tetangga.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk berbenah. Di antaranya, pertama, memasukkan angklung ke sekolah. Kedua, pembangunan infrastruktur. Ketiga, mengadakan festival di tingkat kota, provinsi, hingga nasional.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.