Komunitas Jawa Kuno Bikin Museum Majapahit Lebih Hidup
“Tapi yang paling banyak Mojokerto dan Kediri,” jelas Aang Pambudi, inisiator berdirinya Komunitas Jawa Kuno.
TRIBUNNEWS.COM,MOJOKERTO - Tren kalangan muda doyan wisata sejarah dan museum juga muncul di Malang dan Mojokerto.
Ini makin memperbanyak barisan komunitas yang telah muncul sebelumnya, seperti "Komunitas Sahabat Museum di Jakarta dan Komunitas Roodebrug" di Surabaya.
Di Malang, tren anak muda doyan museum ini dipelopori museum Tempoe Doloe.
Warga Malang biasa menyebutnya Museum Inggil, karena lokasinya berada satu area dengan Rumah Makan Inggil.
Sedangkan di Mojokerto, tren anak muda kongkow di museum ini dimotori Komunitas Jawa Kuno (Kojaku).
Komunitas yang sebagian besar remaja dan mahasiswa ini biasa kongkow di Museum Majapahit Trowulan.
Meski bermarkas di Mojokerto, anggota komunitas ini tersebar hingga Kediri dan Malang.
“Tapi yang paling banyak Mojokerto dan Kediri,” jelas Aang Pambudi, inisiator berdirinya Komunitas Jawa Kuno.
Aang menjelaskan, para remaja di kelompoknya bukanlah remaja yang antidunia modern.
Mereka justru umumnya anak-anak terdidik, akrab dengan teknologi informasi.
“Tapi pingin sesuatu yang lain, yang tak biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di sekelilingnya,” kata Aang.
Bagi komunitas ini, museum dan wisata petulangan sejarah menjadi warna tersendiri.
“Ada nuansa luar biasa, misalnya saat kita bisa kenal aksoro Jawa Kuno,” kata Aang.
Petualangan dunia masa lalu, kata Aang, semakin menyempurnakan pengetahuan dan pengalaman mereka terhadap dunia modern yang mereka jalani saat ini.