Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Biota Sungai Pangkajene Mati, Limbah Industri Jadi Biang

Dinas Perikanan dan Kelautan Pangkep, Selasa (12/11/2014), mengumumkan limbah industri jadi biang rusak dan matinya

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Biota Sungai Pangkajene Mati, Limbah Industri Jadi Biang
uniqpost.com
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Dinas Perikanan dan Kelautan Pangkep, Selasa (12/11/2014), mengumumkan limbah industri jadi biang rusak dan matinya ratusan ribu biota di Sungai Pangkajene, akhir pekan lalu.

Bupati Pangkep Syamsuddin Hamid Batara, juga mengimbau masyarakat khususnya petani tambak bandeng dan udang, untuk tidak memasukkan dan mengaliri air payau dari Sungai Pangkajene, hingga air sungai itu dinyatakan terbebas dari limbah beracun.

"Dari hasil uji beberapa laboratorium kemarin (Senin, 11/11/2014), kita sampai pada kesimpulan sementara ada logam berat yang mencemari air Sungai Pangkajene, Sabtu (8/11/2014) lalu, dan itu bukan karena plankton," kata Kepala Bidang Budidaya Ikan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Pangkep M Sabrun Jamil MP (40), kepada Tribun Timur .

Logam berat yang dimaksudkan, adalah jenis timbal nonorganik yang tidak diproduksi secara alamiah melainkan buatan atau olahan industri. "Bisa jadi itu timbal, zat kimia, atau jenis racun nonorganik yang ada karena ulah manusia," jelas Sabrun, tanpa menyebut spesifikasi limbah dan industri yang dimaksud.

Kesimpulan ini, jelas Sabrun, merujuk hasil uji empat laboratorium yang dikirimi 23 sampel ikan yang mati dari bantaran sungai utama di kabupaten penghasil bandeng itu, Sabtu lalu. Ini kejadian langka dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Empat lembaga penelitian dan pengembangan itu adalah Laboratorium Air Payau Takalar dan Maros, laboratorium pengembangan ikan provinsi di Mandalle, dan laboratorium Balai Karantina Ikan di Mandai, Maros.

"Saya kemarin, ikut menyaksikan langsung uji morfologi dan membedah semua ikan itu dan kesimpulan kita semua jenis ikan, mulai kecil dan yang besar, baik yang herbivora dan karnivora, semuanya mati dan lambungnya menghitam karena terpapar logam berat," kata Sabrun yang juga alumnus Fakultas  Perikanan Unhas 1994 ini.

Hasil uji laboratorium ini amat berbeda dengan kesimpulan yang dipaparkan peneliti perikanan dari Unhas dan Tim dari  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Eko Region Sulawesi dan Maluku.

Berita Rekomendasi

"Banyak zat organik yang mengkonsumsi oksigen mengakibatkan hipoksia atau kekurangan oksigen," kata Kepala Pusat Pengelolaan Eko Region Kementerian LKH dan Kehutanan wilayah Sulawesi dan Maluku, Darmansyah seperti dilansir salah satu media di Makassar.

Sabrun menjelaskan, logam berat yang dimaksudkan, adalah jenis timbal nonorganik yang tidak dipruduksi secara alamiah melainkan buatan atau olahan industri. "Bisa jadi itu timbal, zat kimia, atau jenis racun nonorganik yang ada karena ulah manusia," jelas Sabrun.

Sabrun menegaskan kasimpulan uji laboratorium ini masih bersifat sementara, karena pihaknya masih mesih menunggu hasil uji laboratorium atas sampel air sungai.

Sampel ikan herbivora yang dimaksud adalah baronang, titang, krustasea, dan biota pemamah tumbuhan air atau lumut. Sedangkan sampel ikan karnivora adalah kerapu (sunu), ganrang eja, dan sala mata atau barramudi.

Jika jelasnya, ikan itu mati karena plankton atau kelebihan oksigen O2,  maka biota yang mati hanya jenis herbivora bukan karnivora.  "kesimpulan kita seragam, lambung ikan menghitam karena zat logam berat," katanya.

Dijelaskan, jika biangnya adalah plankton, maka ikan yang terpapar hanya jenis pelagis, atau yang ada di permukaan. namun, yang banyak mati juga jenis ikan lele, ikan sembilang (samelang), belut, dan beberapa jenis udang dan krustasea yang hidup di dasar.

Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. dan jadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. "Kita belum sampai pada uji lab, berapa kadar atau persentase logam berat yang ada di lambung ikan. Lagian masih ada uji lab tambahan untuk sampel air," katanya.(mut/zil)

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas