Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wartawan Asing Kaget Perempuan AS Bela Republik

Ada kira-kira selusin wartawan asing dari Inggris, Amerika, Australia, Kanada, Prancis tetapi tak seorang pun dari Belanda

zoom-in Wartawan Asing Kaget Perempuan AS Bela Republik
surya/ipphos
Presiden Sukarno ingin generasi muda mengetahui jasa Muriel Stuart Walker alias K tut Tantri. 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Radio pemberontakan di bawah kendali Bung Tomo sering menyiarkan suara perempuan berbahasa Inggris.

Berkat siaran itu pula, Inggris dan Belanda serta dunia internasional tahu informasi pergolakan di Surabaya.

Bagi pasukan gerilya, pemilik suara itu tidak asing lagi: Muriel Stuart Walker alias K’tut Tantri  (1898-1997).

Tapi bagi pihak musuh, suara itu perempuan itu cukup menggelisahkan. Apalagi, aksen bahasa Inggrisnya sangat fasih selazimnya native speaker.

Misteri pemilik suara di radio yang selalu membela eksistensi republik itu akhirnya diungkap kepada pers asing, sebulan setelah pergolakan November 1945.

Tidak main-main, Presiden Sukarno yang berkuasa di Yogyakarta, sengaja menggelar konferensi pers di Hotel Selecta, Batu. Bung Karno mengundang semua koresponden media asing dari Jakarta untuk mewawancarai Tantri di Batu, 21 Desember 1945.

Buktinya adalah foto koleksi IPPHOS (Indonesian Press Photo Service) yang dipajang dalam buku “Revolusi di Nusa Damai” tahun 1965, lalu diterbitkan ulang oleh Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Berita Rekomendasi

“Saya lihat kolonialisme menjatuhkan bom semena-mena atas Surabaya. Inilah yang menggerakkan lidah saya berbicara di depan radio pemberontakan, menceritakan kepada dunia tentang keadaan yang sebenarnya,” kata Tantri kepada para wartawan, seperti tertulis pada keterangan foto itu.

Tantri bercerita, Hotel Selecta kala itu milik pengusaha Swiss. Meski termegah se-Jawa, dindingnya banyak yang bolong tertembus peluru. Dataran tinggi Batu memang jadi pangkalan pasukan gerilya.

Tantri saat itu memakai gaun plus ban lengan merah putih bertuliskan “Merdeka atau Mati”.

Saat itu, kenangnya, seluruh komandan tentara di Jatim hadir, termasuk Bung Tomo yang datang secara incognito (menyamar) tetapi hanya Bung Karno yang tetap mengetahui kehadirannya.

Bung Tomo perlu menyamar karena bagaimanapun Belanda belum angkat kaki sepenuhnya dari Jawa.

“Ada kira-kira selusin wartawan asing dari Inggris, Amerika, Australia, Kanada, Prancis tetapi tak seorang pun dari Belanda. Sedangkan wartawan Asia berasal dari India dan Tiongkok. Radio-radio besar dan kantor-kantor berita mengirimkan wakilnya --BBC, NBC, Associated Press, Reuters-- begitu juga majalah seperti Life, Time dan Newsweek dan beberapa surat kabar penting dari Amerika Serikat, Inggris dan Australia,” tulis Tantri.

Benarkah cerita Tantri? Lanjutan tulisan ini besok, Kamis (13/11/2014) bahas kliping koran yang memuat konferensi pers di Hotel Selecta, 21 Desember 1945 itu.

Halaman
12
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas